Liputan6.com, Jakarta Mantan Kepala Satuan Tugas Pembelajaran Antikorupsi KPK Hotman Tambunan menyebut dirinya dan 56 mantan pegawai lembaga antirasuah lainnya belum menerima undangan resmi dari Polri terkait proses rekrutmen menjadi aparatur sipil negara (ASN) di Polri.
Hotman yang merupakan juru bicara 57 pegawai KPK ini mengaku siap memenuhi undangan Polri untuk membicarakan hal tersebut.
Baca Juga
"Tentu karena kita ditawarkan dan tawaran ini atas persetujuan Presiden, tentu kita terbuka untuk mendiskusikan dan membicarakannya dengan Polri," ujar Hotman dalam keterangannya, Jakarta, Senin (4/10/2021).
Advertisement
Hotman menyebut, dia dan mantan pegawai KPK lainnya belum memutuskan apakah menerima tawaran Polri atau tidak. Namun, dia menyambut baik atas perhatian dari Kapolri terhadap 57 pegawai yang dipecat.
"Niatnya kan sama, mencari solusi untuk permasalahan TWK KPK," kata dia.
Menurut dia, 57 mantan pegawai KPK belum menetukan sikap lantaran masih ingin mengetahui lebih dalam prosedur terkait perekrutan ini. Dia juga ingin memastikan bahwa proses dari semua ini berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
"Jika sudah gamblang, kita mengetahui mekanisme dan prosedurnya maka kita bisa mengambil sikap. Kita akan datang memenuhi undangan Polri," kata Hotman.
Â
Rencana Polri
Polri akan mengundang 57 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tidak lulus Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dan telah dipecat pada 30 September 2021 untuk proses rekrutmen menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) Polri.
"Jadi Bapak Kapolri ini menunjuk As SDM untuk langsung komunikasi, koordinasi dengan BKN dan PANRB, dan kemudian nanti setelah ini selesai dilakukan tentunya nanti akan mengundang teman-teman dari mantan pegawai KPK ini," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono, Jakarta, Jumat (1/10/2021).
Argo belum merinci terkait teknis rekrutmen pegawai tersebut. Ada sejumlah aturan yang akan disesuaikan, dan dia berharap prosesnya dapat berjalan baik sampai dengan pengumuman hasil rekrutmen tersebut.
"Kami tidak akan berlarut-larut dalam polemik ini. Secepatnya lebih bagus," jelas Argo.
Advertisement