Liputan6.com, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memberikan rekomendasi kepada PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) agar membuat Driver Resource Management untuk memperbaiki tata kelola pramudi bus.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan, rekomendasi itu dikeluarkan berdasarkan hasil surveilans dan diskusi dengan pramudi mengenai sederet insiden kecelakaan bus yang terjadi belakangan ini.
Advertisement
Baca Juga
"Kita memberi rekomendasi kepada Transjakarta namanya Driver Resource Management. Setiap tahun mereka diberi pelatihan untuk men-challange soft kompetensi, kemampuan menahan emosi secara bijak," kata Soerjanto di Kantor Transjakarta di Cawang, Jakarta, Jumat (10/12/2021).
Soerjanto menambahkan, pelatihan serupa sudah sering diterapkan pada manajemen transportasi udara. Namun hal itu belum diterapkan di tubuh moda transportasi massal andalan Jakarta ini untuk meminimalisasi kecelakaan lalu lintas.
Dia mengatakan, hasil rekomendasi itu nantinya juga akan berpengaruh pada penerapan standar operasional prosedur (SOP) bagi pramudi Transjakarta.
"Misalnya, selama mengemudi tidak boleh pegang telepon mungkin prosedur seperti itu yang diharapkan bisa dilakukan perbaikan di Transjakarta. SOP itu sifatnya dinamis setiap detik bisa berubah tergantung situasi," ujar Soerjanto, seperti dikutip dari Antara.
Sopir Kerap Mengantuk
Soerjanto mengatakan, berdasarkan hasil diskusi dengan pramudi diketahui bahwa mengantuk saat berkendara menjadi salah satu faktor risiko yang kerap dikeluhkan oleh mereka.
"Kita akan mempelajari bagaimana solusi mengurangi kantuk kemudi ini. Mengantuk ini banyak faktor, salah satunya koridor jalan yang sempit. Nanti kita lihat bagaimana jam kerja, bagaimana masalah lain yang berkaitan dengan pengemudi," kata Soerjanto.
Soerjanto mengatakan, pihaknya menyambut baik upaya Transjakarta dalam melihat keselamatan berkendara menjadi prioritas utama.
"Pengalaman saya begitu operator membuka diri terhadap investigasi setelah itu tingkat keselamatannya membaik. Ini yang diharapkan kita melakukan surveilans untuk menemukan resiko," ujar Soerjanto.
Advertisement