Said Abdullah PDIP Sebut Dewan Kolonel untuk Dukung Puan Hanya Candaan

Ketua DPP PDIP Said Abdullah angkat bicara soal grup Dewan Kolonel yang dibentuk sejumlah anggota Fraksinya untuk mendorong Puan Maharani sebagai calon presiden.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Sep 2022, 15:40 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2022, 15:40 WIB
Presiden Jokowi Sampaikan Pidato Nota Keuangan RUU APBN 2023
Ketua DPR Puan Maharani memimpin rapat Paripurna pembukaan masa persidangan I DPR tahun sidang 2022-2023 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Rapat paripurna ini juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi hadir sekaligus menyampaikan pidatonya terkait nota keuangan RUU APBN 2023. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Ketua DPP PDIP Said Abdullah angkat bicara soal grup Dewan Kolonel yang dibentuk sejumlah anggota Fraksinya di DPR untuk mendorong Puan Maharani sebagai calon presiden.

Menurut dia, hal itu hanya bercandaan orang-orang di fraksi.

"Dipastikan sebagaimana disampaikan ketua fraksi, Pak Utut (Utut Adianto), di mana ada Dewan Kolonel tempatnya? Di mana ada dewan jenderal? Ini kan omongan sesaat saling bercanda kemudian dikutip," kata Said di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (20/9/2022).

Said membantah sudah ada tim yang dibentuk untuk mendorong Puan sebagai calon presiden. Sebab pihaknya masih patuh menunggu keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Menurut hemat saya di kami belum ada apa-apa. Kok sudah apa-apa, gitu lo. Kan kita semua taat pada ketua umum. Ketua umum belum mengeluarkan fatwa, belum statement. Lho kok tiba-tiba ada dewan kolonel. Mungkin istilahnya nggak serem-serem amat kali," kata Ketua Banggar DPR RI ini.

Sementara itu, Puan turun ke bertemu dengan pimpinan partai politik dan bertemu masyarakat sepenuhnya atas perintah Megawati. Bukan karena dirancang tim khusus.

"Belumlah. Bahwa Mbak Puan turun dan sebagainya kan memang diperintah oleh partai. Apalagi sebagai ketua DPR masa mau duduk di atas terus tidak turun ke bawah ya salah. Tugas beliau itu sebagai Ketua DPP plus di pundaknya sebagai Ketua DPR, kan harus turun. Tapi kalau tidak turun dimarahin kan. Turun salah lagi kan, seakan-akan ada tim. Tidak ada tim," kata Said.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bukan Dari PDIP

Sementara kalau sudah ada relawan Puan, Said memastikan bukan dari PDIP.

Menurut dia, partai pun tidak bisa melarangnya.

"Nah kalau muncul relawan-relawan siapapun ya ngga bisa melarang. Yang penting itu betul-betul relawan bukan relawan apa ya boneka, hanya ramaikan aja, ya bukan itu yang kita harapkan," kata Said.

Dukungan kepada Puan sebagai calon presiden pun bukan karena dikondisikan. Tetapi sikap individual kader PDIP. Hal itu tidak menggambarkan sikap resmi partai. Termasuk pernyataan Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto yang bilang fraksi PDIP berharap Puan sebagai calon presiden.

"Kalau dukungan wajar-wajar saja lah person mendukung mba Puan. Itu kan kita tempatkan kepada kewajaran karena dia kader partai. Tapi person itu kan tidak ada artinya, person tidak mewakili wajah partai. Dalam konteks pemilihan pencalonan presiden dan wakil presiden," kata Said.

"Tapi itu bukan kemudian tiba-tiba karena aspirasi dan sebagainya kemudian seakan-akan ada tim, memang direkayasa, ya tidak seperti itu ceritanya," tutupnya.

 


Dewan Kolonel

Sebelumnya, Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Trimedya Panjaitan menyatakan, loyalis Puan Maharani telah membentuk sebuah komunitas bernama Dewan Kolonel untuk menaikkan elektabilitas di Pemilu 2024.

Menurut dia, Dewan Kolonel akan mendukung Ketua DPR itu sembari menunggu keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Apapun bagi kami ya mbak Puan, sebelum ibu memutuskan lain. Kalau ibu putuskan lain ya kami tentu tegak lurus," kata Trimedya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (20/9/2022).

Dia mengklaim, jika Puan tak didukung sebagai trah Soekarno maka akan bernasib sama seperti trah Soeharto yang hilang dari Golkar.

"Kami merasa kalau bukan trah Sukarno gampang dikendalikan partai ini. Kami juga tidak ikhlas kalau sampai jadi seperti keluarga Suharto di Golkar," klaim Trimedya.

"Bagaimana mewangikan mbak Puan di dapil kita masing-masing. Kalau program rigid engga tapi kita merasa kita khawatir kalau bukan darah bung Karno ini nasib keluarga bung Karno sama seperti nasib keluarga Suharto di Golkar. Itu juga ada kekhawatiran. Liat saja keluarga pak Harto di Golkar kan seperti apa, padahal Pak Harto yang dirikan Golkar dari nol," sambungnya.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya