Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di wilayah DKI Jakarta Minggu (23/10/2022) pagi berawan.
Siang dilaporkan BMKG diguyur hujan ringan hingga sedang dan di sejumlah titik berpotensi hujan disusul petir dan angin kencang.Â
"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang pada sore hingga menjelang malam hari di wilayah Jaksel dan Jaktim," jelas BMKG diperingatan dini cuaca hari ini, Minggu.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi cuaca yang sama juga diprediksi BMKG terjadi di sejumlah kota penyangga Jakarta, yaitu Bogor, Depok, dan Bekasi. Sementara, Tangerang cerah berawan pagi hari ini.Â
BMKG kembali mengungkap potensi hujan lebat bakal terjadi di sejumlah kota penyangga Jakarta, pada sore hingga malam nanti.
"Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada waktu antara siang/sore hingga menjelang malam hari di sebagian wilayah Kab dan Kota Bogor, Kota Depok, Kab dan Kota Bekasi," info BMKG.Â
Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Jakarta Barat |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Pusat |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Selatan |  Berawan |  Hujan Sedang |  Hujan Ringan |
 Jakarta Timur |  Berawan |  Hujan Sedang | Hujan Ringan |
 Jakarta Utara |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Kepulauan Seribu |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Bekasi |  Berawan |  Hujan Sedang |  Hujan Ringan |
 Depok |  Berawan |  Hujan Sedang |  Hujan Ringan |
 Bogor |  Berawan |  Hujan Lebat |  Hujan Ringan |
Tangerang | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
BMKG: Fenomena La Nina Triple Dip Jadi Ancaman Negara-Negara di Dunia
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena La Nina "triple-dip" 2020-2023 (tiga tahun beruntun) menjadi ancaman bagi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
Fenomena tersebut sebelumnya pernah terjadi dari 1973 -1975 serta 1998-2001. Fenomena ini akan berpengaruh terhadap pola cuaca-iklim di Indonesia. Salah satunya menyebabkan sebagian wilayah Indonesia mengalami musim hujan lebih awal.
La Nina sendiri adalah fenomena mendinginnya suhu permukaan laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di bawah kondisi normalnya.
Di sisi lain, pendinginan SML di Samudra Pasifik tersebut diikuti oleh menghangatnya SML di perairan Indonesia sehingga menggiatkan pertumbuhan awan awan hujan dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Fenomena ini sudah dimulai pada pertengahan 2020 dan diprediksi akan tetap berlangsung hingga akhir tahun 2022 dan kemungkinan berlanjut hingga awal tahun 2023, sehingga dinamai "Triple Dip".
Hal tersebut mengemuka dalam acara Mini Symposium 17th Annual Indonesia-U.S. BMKG-NOAA Partnership Workshop yang dilaksanakan secara virtual, Jumat (14/10/2022). Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut di antaranya Sidney Thurston, Ph.D, Dr. Andri Ramdhani, Prof Mike McPhadden, Dr. Amsari Setiawan, dan Dr. Chidong Zhang.
Advertisement
Waspadai Penyakit yang Bisa Timbul di Musim Hujan
Dipaparkan Dwikorita, pola cuaca La Nina adalah salah satu dari tiga fase El Niño Southern Oscillation (ENSO). Ini mengacu pada suhu permukaan laut dan arah angin di Pasifik dan dapat beralih antara fase hangat yang disebut El Niño, fase yang lebih dingin dengan sebutan La Niña, dan fase netral.
Fenomena La Niña membawa dampak peningkatan curah hujan di banyak tempat di Indonesia, meski sebenarnya dampak La Nina tidak pernah sama karena dipengaruhi faktor lainnya.
"Yang perlu juga diwaspadai adalah penyakit yang biasa muncul di musim hujan, mulai dari diare, demam berdarah, Leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit kulit, dan lain sebagainya. Semua harus bersiap," imbuhnya.