Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Hotel Sofitel Phnom Penh, Kamis 10 November 2022 malam.
Kedua pemimpin negara menyampaikan kekecewaannya atas situasi di Myanmar saat ini.
Advertisement
Baca Juga
"Kedua pemimpin menyampaikan kekecewaan terhadap tidak adanya komitmen junta militer Myanmar dalam mengimplementasikan 5-point consensus," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Jumat (11/11/2022).
Dalam pertemuan itu, kata dia, Jokowi dan PM Lee juga membahas soal G20 dan rencana pertemuan leaders' retreat tahun depan. PM Lee memastikan kehadiran di KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
"Mengenai G20, Singapura menyampaikan dukungan penuh terhadap Presidensi G20 Indonesia dan PM Singapura kembali memberikan konfirmasi akan hadir sebagai salah satu undangan," jelas Retno.
Terakhir, kedua pemimpin sepakat akan melakukan leaders' retreat tahun depan di kuartal pertama. Adapun Singapura akan menjadi tuan rumah.Â
Â
Pemerintah dan Parlemen ASEAN Harus Bersatu
Sebelumnya, Jokowi mengatakan pemerintah dan parlemen negara ASEAN harus bersinergi untuk memperkokoh kesatuan dan sentralitas ASEAN.
Pasalnya, kondisi dunia semakin mengkhawatirkan dan dinamika geopolitik kawasan menguji kredibilitas dan relevansi negara anggota ASEAN.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat melakukan pertemuan dengan pemimpin ASEAN dan perwakilan ASEAN Inter-Parliament Assembly (AIPAA) di Hotel Sokha Phnom Penh Kamboja, Kamis (10/11/2022).
"Kredibilitas dan relevasi ASEAN diuji di tengah tantangan ini, bila ASEAN gagal jadi solusi, kredibilitas dan relevansinya akan terus dipertanyakan. Pemerintah dan parlemen harus bersinergi untuk memperkokoh kesatuan dan sentralitas ASEAN," kata Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Kamis (10/11/2022).
Menurut dia, ASEAN sudah tidak asing lagi dengan krisis. Dari dalam ASEAN sendiri, ada krisis politik di Myanmar di mana isu tersebut berkaitan erat dengan demokrasi dan situasi kemanusiaan.
"Peran ASEAN untuk menyelesaikannya, dinanti rakyat kita dan dunia, jadi perlu dapat perhatian khusus parlemen negara ASEAN," jelasnya.
Sementara itu, dari luar ASEAN, Jokowi mengemukakan isu dinamika geopolitik kawasan. ASEAN dituntut untuk menavigasi rivalitas kekuatan besar yang makin tajam.
"Kita tidak ingin melihat perang di kawasan, perang akan menjauhkan cita-cita kita Indo-Pasifik sebagai epicentrum of growth," ujar Jokowi.
Advertisement