Bakamla RI Bantu Evakuasi Imigran Ilegal Rohingya

Bakamla menyebut, kapal kayu yang membawa imigran Rohingya karam di Pantai Desa Ladong, Aceh Besar, Minggu (25/12/2022).

oleh Mevi Linawati diperbarui 26 Des 2022, 04:03 WIB
Diterbitkan 26 Des 2022, 04:03 WIB
Bakamla RI membantu mengevakuasi imigran ilegal Rohingya, Minggu
Bakamla RI membantu mengevakuasi imigran ilegal Rohingya, Minggu (25/12/2022). (Foto: Humas Bakamla RI)

Liputan6.com, Jakarta - Bakamla RI melalui Stasiun Bakamla Banda Aceh, turut membantu evakuasi penumpang kapal terdampar. Para penumpang itu merupakan imigran ilegal Rohingya asal Myanmar.

Kapal kayu yang membawa mereka karam di Pantai Desa Ladong, Aceh Besar, Minggu (25/12/2022).

"Imigran ilegal Suku Rohingya tersebut berlayar dari Myanmar menuju Malaysia. Naas nasibnya, kapal tersebut mengalami kerusakan mesin dan terombang-ambing di atas laut kira-kira sebulan lamanya," ujar Pranata Humas Ahli Muda Bakamla RI Kapten Bakamla Yuhanes Antara melalui keterangan yang diterima.

Yuhanes mengatakan, berdasarkan informasi dari penumpang yang selamat, selama berlayar mereka tidak cukup perbekalan bahan makanan.

Menanggapi hal tersebut, tim gabungan pun dibentuk untuk menyelamatkan para imigran ini. Terlebih lagi, 2 dari 57 orang penumpang kapal ditemukan dalam keadaan sakit.

Tim gabungan terdiri dari Polairud, Lanal Sabang, Sekda Aceh Besar, Kantor Imigrasi Aceh, Stasiun Bakamla Banda Aceh, Dinas Kesehatan Puskesmas Masjid Raya, dan Dinas Sosial Aceh Besar.

"Para imigran ilegal tersebut diamankan oleh Dinas Sosial Aceh sebagai tempat penampungan sementara," kata Yuhanes.

Dia menambahkan, tim gabungan yang terlibat secara terorganisir melakukan pengamanan di sekitar lokasi penampungan imigran ilegal. Selain itu, imigran yang sakit telah dilarikan ke Puskesmas Masjid Raya guna penanganan lebih lanjut.

Kapal Pengungsi Rohingya Hanyut Tanpa Perbekalan di Laut Andaman, PBB Desak Bantuan dari Negara Sekitar

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak negara-negara di sekitar Laut Andaman di Asia Tenggara untuk membantu kapal yang membawa sekitar 150 pengungsi Rohingya dan telah hanyut tanpa listrik selama dua minggu, dilansir dari BBC News, Senin (19/12/2022).

Orang-orang di atas kapal yang dihubungi melalui telepon satelit mengatakan bahwa sejumlah penumpang, termasuk anak-anak, telah meninggal dunia. Mereka mengatakan, persediaan makanan dan air telah habis.

PBB mengajukan seruannya Jumat lalu (16/12), tetapi sejauh ini belum ada tanggapan.

Kapal nelayan kecil itu meninggalkan Bangladesh selatan bulan lalu dan kini telah berada di laut selama lebih dari tiga minggu. Mereka yang berada di kapal diyakini telah berusaha mencapai Malaysia.

Kapalnya terbuka, dengan sedikit tempat berlindung dan mesin yang tampaknya rusak beberapa hari setelah berangkat.

Sekarang, kapal telah berlayar ratusan kilometer ke perairan India, dekat Kepulauan Nicobar.

Seorang aktivis yang membantu Rohingya di Bangladesh melakukan kontak dengan seseorang di atas kapal pada hari Minggu.

"Kami sekarat di sini," kata pengungsi itu, seraya menambahkan bahwa mereka yang berada di kapal tidak makan apapun selama lebih dari seminggu.

Rohingya adalah etnis minoritas di Myanmar yang sebagian besar anggotanya melarikan diri ke Bangladesh pada 2017 untuk menghindari kampanye genosida yang diluncurkan oleh militer Burma.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya