Bentrok Demonstrasi di Kairo, 1 Mahasiswa Tewas

Kematian Abdo merupakan korban pertama sejak pemerintahan sementara meloloskan undang-undang demonstrasi harus ijin 3 hari sebelumnya.

oleh Widji Ananta diperbarui 29 Nov 2013, 05:24 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2013, 05:24 WIB
tewas-ilustrasi-131128d.jpg

Seorang mahasiswa tewas dalam demonstrasi kelompok garis keras di Universitas Kairo, Kamis (28/11/2013). Aparat keamanan Mesir terus menindak para pendukung mantan Presiden Mohammad Mursi yang berdemo.

Pejabat senior Kementerian Kesehatan Ahmed Al-Ansari dan juru bicara bagian forensik Hisham Abdul Hamid mengatakan korban tewas adalah Mohammed Reda Mohammed Abdo (19), mahasiswa teknik tahun ke-2. Namun, penyebab kematiannya masih belum diketahui.

"Selain 1 korban tewas, 7 orang juga terluka dalam insiden itu," kata petugas medis.

Sejumlah Beberapa saksi mengatakan polisi menggunakan meriam air, gas air mata dan senapan angin untuk membubarkan mahasiswa yang menuntut pengembalian kekuasaan Mursi. Para pendukung Mursi secara rutin melakukan protes terhadap militer pasca penggulingan politisi Ikhwanul Muslimin itu 3 Juli silam.

Kematian Abdo merupakan yang pertama sejak pemerintah sementara meloloskan undang-undang yang menetapkan penyelenggara demonstrasi harus memberikan pemberitahuan tertulis 3 hari sebelum melakukan protes.

Polisi membubarkan dua demonstrasi di Kairo yang dilakukan gerakan-gerakan pemuda dan sekuler yang menentang undang-undang itu karena memperluas sepak-terjang aparat keamanan dalam menindak kelompok garis keras. Pihak berwenang juga memerintahkan penangkapan 2 aktivis utama yang memimpin pemberontakan terhadap mantan Presiden Mesir Husni Mubarak 2011 lalu.

Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli. Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.

Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.

Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan al-Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza. Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu. (Ant/Dji/Adi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya