Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini Hyundai memulai pembangunan pabrik bateri kendaraan listrik di kawasan Greenland International Industrial Center (GIIC) Deltamas, Cikarang, Jawa Barat. Padahal sebelumnya, mereka telah melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baterai electric vehicle (EV) di Karawang, Jawa Barat.Â
Lantas apa perbedaan dan tugas dari masing-masing fasilitas tersebut? Dimulai lebih dulu dari pabrik baterai Hyundai di Cikarang, Jawa Barat yang aktivitas pembangunannya diresmikan pada 31 Mei 2023.
Baca Juga
Fasilitas ini diberi nama PT Hyundai Energy Indonesia (HEI) hasil kolaborasi antara Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) dan Hyundai Mobile Systems (Mobis).
Advertisement
Pabrik ini memiliki tugas untuk merakit sel-sel baterai menjadi satu kesatuan utuh, sehingga siap digunakan ke mobil listrik. Selain itu, HEI juga akan membuat kontrol baterai, perangkat keamanan, dan perangkat perlindungan baterai. Secara umum, fungsi pabrik memiliki tanggung jawab kepada sistem baterai atau Battery System Assembly (BSA).
Berdiri di lahan seluas 32.188 meter persegi, dalam pembangunannya Hyundai menggelontorkan dana hingga 60 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp900 miliar. Diagendakan bila pabrik ini akan resmi beroperasi pada Juli 2024 dan mempekerjakan lebih dari 150 orang.
"Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 21 ribu unit BSA hingga tahun depan dan selanjutnya akan bertambah hingga 56 ribu unit BSA. HEI memiliki produksi 1,4 GWh dengan 2 module production dan satu BSA production line hingga tahun depan," kata President Director of HEI, Changoug Hong di Cikarang.
HEI juga merencanakan untuk menambah 1 module line, 2 BSA line dan, memiliki kapasitas produksi 3,6 GWh. Sehingga harapannya Hyundai akan memiliki total kapasitas produksi hingga 5 GWh.Â
Sementara pabrik baterai Hyundai di Karawang, Jawa Barat adalah hasil kolaborasi antara Hyundai Motor Group dengan LG Energy Solution (LGES) LTd. Lokasi tepatnya berada di kompleks Karawang New Industrial City (KNIC) yang pembangunannya resmi dilakukan pada September 2021 lalu.
Pabrik ini bersifat anak perusahaan yang mana hasil konsorsium dari beberapa brand. Maka dari itu, selain Hyundai dan LG, Hyundai juga bermitra dengan merek mobil Kia, hingga Indonesia Battery Corporation yang beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd.
Pembangunan pabrik baterai yang bernama PT HKML Battery ini menelan dana atau investasi 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp16,3 triliun. Fasilitas ini rencananya akan resmi beroperasi pada 2024 mendatang.
Â
Serius Jadi Pemain Besar
Nantinya fasilitas ini ditargetkan mampu memproduksi 10 GWh sel baterai lithium-ion dengan bahan katoda NCMA (nikel, kobalt, mangan, aluminum) setiap tahunnya.
Angka itu diklaim bisa menjalankan lebih dari 150 ribu kendaraan listrik. Bahkan pabrik ini juga akan melakukan ekspansi produksi hingga 30 GWh.
Lantas dengan berlangsungnya pembangunan pabrik sel baterai, pabrik sistem baterai, dan sudah memiliki pabrik produksi mobil, Hyundai menegaskan keseriusannya menjadi pemain besar, terkhusus di industri mobil listrik.
Hal ini juga diungkapkan langsung oleh President of Hyundai Motor ASEAN Headquarter, Lee Youngtack saat seremoni groundbreaking pabrik HEI di Cikarang pada 31 Mei 2023.
"Melalui fasilitas kami di Cikarang dan Karawang, kami akan memperkuat daya saing Indonesia di industri kendaraan listrik," katanya.
Berbagai fasilitas yang akan dimiliki Hyundai di Indonesia akan memenuhi permintaan dalam negeri, termasuk memproyeksikan Indonesia sebagai basis atau hub ekspor untuk baterai mobil listrik termasuk dengan kendaraan listrik jadi.
"Dengan membangun sistem produksi yang lengkap, dimulai dari sel baterai hingga kendaraan listrik. Hyundai akan mempersiapkan Indonesia sebagai basis produksi dan pasokan untuk baterai atau kendaraan listrik di kawasan ASEAN," bebernya.Â
Sumber: Oto.com
Advertisement