Liputan6.com, Jakarta Masih ingat dengan minuman zaman dahulu (jadul) seperti sarsaparila, limun, dan temu lawak. Minuman itu menjadi minuman yang jarang ditemui sekarang. Kehadiran minuman bersoda di dalam negeri menjadi salah satu faktor menghilangnya minuman khas Yogya.
Anggakara Surya Mahutama warga Yogyakarta dan pemilik Warung Kepik Sawah mengaku susah mencari minuman tersebut saat ini. Sebab, minuman khas Jogja dan sempat berjaya itu mulai berkurang saat ini. Pabrik pembuatan minuman khas itu pun sebagian sudah tidak beroperasi. Ditambah sistem distribusi minuman ini juga sudah berkurang. Alhasil, semakin sulit menemukan minuman khas Yogya.
"Sekarang tidak seperti dulu. Susah mencari minuman khas zaman dahulu. Dahulu banyak pabrik yang jualan limun, tapi sekarang dimakan zaman. Brand Coca cola menggusur mereka. Kalo limun dan minuman ini kan cuma tahan tiga bulan kalau mereka bisa tahan sampai dua tahun. Lalu distribusi juga punah hanya satu yang masih eksis," ujar dia di Yogyakarta, Sabtu (10/9/2016).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Angga mengatakan warungnya menyajikan makanan dan minuman khas tempo dulu ini juga menyediakan sarsaparilla dan limun. Ia beruntung langsung berhubungan dengan pemilik perusahaan sarsaparila khas tempo dahulu.
Dengan demikian, ia dapat minuman tersebut dengan kemasan botol tempo dahulu. Menurut dia, kemasan sarsaparila saat ini ada dua tipe yang beredar di pasaran. Namun yang tipe botol khas zaman dahulu adalah yang tanpa bahan pengawet.
"Botol yang seperti ini yang tanpa pengawet. Kalau ada kemasan kecil, itu sudah (pakai) pengawet. Kalau kita jamin tidak ada pengawet," sebut Angga.
Angga yang merupakan asli warga Yogya ingin ikut melestarikan minuman khas Yogya ini. Ia melakukan beberapa cara salah satunya memiliki saham di perusahaan sarsaparila tersebut. Jika nantinya pemilik tidak melanjutkan lagi, maka ia bisa melestarikan minuman tersebut. Selain itu, ia juga memiliki dua brand minuman khas zaman dahulu sendiri.
"Saya punya sendiri, yaitu Tjap Orang Kaja dan Ndoro Behi. Itu rasanya kopi krim dan limun. Aku milih dua rasa itu karena saya suka dengan rasa itu. Itu rasa zaman dahulu yang aku suka. Ini aku jaga karena ada kedekatan emosional waktu kecil. Dulu di depan SD ada jual sekarang susah kan," ia menuturkan.
Angga mengatakan warungnya yang menyajikan menu minuman ini saat ini justru jadi primadona. Baik sarsaparila atau limun semuanya tidak sampai dua minggu sudah habis. Permintaan minuman jadul ini cukup tinggi. Sebab, banyak anak muda yang tertarik dengan minuman khas dahulu. Bahkan mereka mencoba semua minuman ini saat datang ke warungnya.
"Enggak sampai seminggu juga sudah habis, Kalau limun harganya Rp 10 ribu dan sarsaparilanya Rp 12 ribu," pemilik warung minuman di Yogyakarta itu memungkasi.