2 Warga Sulsel Adu Mulut Berebut Kayu Legendaris Pembuat Pinisi

Mereka saling klaim kayu legendaris yang menjadi bahan pembuat pinisi karena pohon tersebut berada di perbatasan pekarangan masing-masing.

oleh Eka Hakim diperbarui 18 Okt 2016, 22:25 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2016, 22:25 WIB
2 Warga Sulsel Adu Mulut Berebut Kayu Legendaris Pembuat Pinisi
Mereka saling klaim kayu legendaris yang menjadi bahan pembuat pinisi karena pohon tersebut berada di perbatasan pekarangan masing-masing. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Pinrang - Dua warga Dusun Tana Cucca 11, Desa Salipolo, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang, Sulsel, terlibat adu mulut karena memperebutkan kayu legenda Suku Bugis yang bernama kayu bitti.

Kedua warga bernama Bunga dan Sire masing-masing mengklaim jika berhak memiliki kayu yang mampu bertahan ratusan tahun untuk digunakan sebagai tiang penyangga rumah.

"Keduanya berselisih paham atas kepemilikan satu pohon kayu bitti yang tumbuh di perbatasan tanah pekarangan mereka," kata Kapolsek Cempa, AKP Supardi, via telepon, Selasa (18/10/2016).

Perselisihan bermula saat Sire menebang pohon kayu legenda tersebut dan menjualnya seharga Rp 3 juta. Tindakan Sire menyulut kekesalan Bunga yang juga merasa berhak atas kayu berharga itu.

Agar perselisihan tidak berkepanjangan, kata Supardi, polisi langsung memediasi dengan menghadirkan sejumlah tokoh masyarakat setempat. Hasilnya, kedua belah pihak yang saling berselisih sepakat menyerahkan uang hasil penjualan kayu legenda itu untuk pembangunan masjid di kampung itu.

"Dan, permasalahan keduanya sudah dianggap selesai dan mereka pun berdamai," ujar Supardi.

Kayu Bitti merupakan kayu legendaris di tanah Sulsel. Kayu yang mampu hidup hingga ratusan tahun itu hanya sedikit jumlahnya yang menyebar di beberapa daerah di Sulsel. Di antaranya di Kabupaten Bone, Enrekang, Luwu, Jeneponto, Bantaeng, Mamuju, Sidrap, Bulukumba dan Kabupaten Kepulauan Selayar.

Kayu yang dikenal dengan nama ilmiah V. cofassus itu umumnya tumbuh sebagai pohon-pohon kodominan di hutan dataran rendah dan masih dapat dijumpai hingga ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.

Dalam proses pertumbuhannya, pohon kayu yang menjadi bahan utama pembuatan rumah adat suku Bugis-Makassar serta perahu legenda pinisi itu memerlukan cahaya penuh dan menggugurkan daunnya di saat musim kemarau.

Selain dijadikan sebagai bahan konstruksi rumah adat oleh Suku Bugis-Makassar serta perahu pinisi, masyarakat Sulsel dahulu pada umumnya juga menjadikan kayu bitti untuk membuat mangkuk dan piring.

Pohon kayu bitti saat ini ditanam secara meluas di Kabupaten Bulukumba, Sulsel. Tepatnya di hutan rakyat, sebagai upaya menjaga kelestarian pohon kayu legenda tersebut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya