BNPB: Banjir Karawang Bukan Akibat Luapan Waduk Saguling

Warga diimbau tetap waspada mengingat musim hujan diprediksi hingga April 2017 dengan puncak hujan pada Januari 2017 mendatang.

oleh Panji Prayitno diperbarui 12 Nov 2016, 18:07 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2016, 18:07 WIB

Liputan6.com, Bandung - Hujan lebat yang berlangsung terus-menerus di hulu daerah aliran sungai (DAS) Citarum telah menyebabkan debit sungai tersebut meningkat. Bahkan di beberapa tempat di Dayeuhkolot, Rancaekek dan daerah lain di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, turut terdampak luapan Sungai Citarum.

"Meningkatnya debit Sungai Citarum tersebut menyebabkan tinggi muka air Waduk Saguling melimpas karena melebihi batas tinggi muka air 643 meter di atas permukaan air laut (mdpl) sejak Jumat (11 November 2016)," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/11/2016).

Ia menjelaskan, saat elevasi mencapai 643,8 mdpl, maka pintu spillway akan dibuka setinggi satu meter. Dengan demikian, debit Sungai Citarum akan bertambah besar.

"Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling telah memberitahukan kepada semua pihak pembukaan pintu air tersebut sejak Jumat kemarin. Masyarakat di sekitar bantaran Sungai Citarum dari outlet Waduk Saguling hingga inlet Waduk Cirata diimbau untuk waspada dari banjir," Sutopo menambahkan.

Menurut dia, hingga Sabtu pagi tadi, tinggi muka air Waduk Saguling mencapai 643,9 mdpl. Debit inflow atau volume air Sungai Citarum ke Waduk Saguling masih tinggi, yaitu 360 meter kubik per detik, sehingga tinggi muka air waduk terus naik, sehingga masih terus melimpas dengan debit 171,73 meter kubik per detik.

Sejauh ini, menurut Sutopo, belum ada laporan banjir yang merendam desa-desa di bantaran sungai di sekitar Saguling. Masyarakat di desa yang berpotensi terkena dampak meliputi Desa Cipageran, Desa Jati, Desa Cikonde, Desa Bojong Heulang, Desa Saguling, dan Desa Girimukti telah disiagakan jika sewaktu-waktu terjadi banjir.

"BPBD terus berkoordinasi dengan semua pihak mengingat tinggi muka air Waduk Saguling terus naik," ujar dia.

Adapun di bawah Waduk Saguling terdapat Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang masih mampu menampung luapan banjir dari Waduk Saguling. Menurut Sutopo, kedua waduk tersebut belum melimpas, sehingga masih aman.

Berdasarkan data yang diperoleh BNPB, tinggi muka air Waduk Cirata pada Sabtu pagi tercatat 219,84 mdpl. "Batas melimpas jika lebih dari 220,07 mdpl. Tujuh spillway di Waduk Cirata masih ditutup. Begitu juga dengan Waduk Jatiluhur masih belum melimpas," kata Sutopo.

Sementara itu, akibat hujan lebat dan buruknya drainase telah menyebabkan banjir di Karawang pada Jumat sore, 11 November 2016. Pada Sabtu siang tadi, banjir masih merendam Dusun Simargalih, RT 02 RW 06, Desa Parungsari, Kecamatan Ciampel, dan Kompleks Surya Cipta Karawang.

Tercatat, menurut Sutopo, sebanyak 15 unit rumah terendam setinggi 25-150 cm. Penyebab banjir karena adanya penyempitan tiang jembatan di Sungai Cirinjing. Tidak ada korban jiwa akibat banjir tersebut.

"(Namun) banjir di Karawang bukan disebabkan melimpasnya Waduk Saguling. Tidak kaitan antara melimpasnya Waduk Saguling dengan banjir di Karawang kemarin," Sutopo menjelaskan.

"Begitu juga melimpasnya Waduk Saguling tidak akan memberikan dampak kepada masyarakat di Bandung karena aliran Waduk Saguling ke utara sementara itu Bandung lebih tinggi posisinya dan berada di tenggara Waduk Saguling," ia menambahkan.

Kendati demikian, warga diimbau selalu waspada. Apalagi, ancaman banjir, longsor dan puting beliung akan makin meningkat. "Hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama akan makin meningkat. Musim hujan diprediksi hingga April 2017 dengan puncak hujan pada Januari 2017 mendatang," juru bicara BNPB itu memungkasi.

Derita Korban Banjir di Cirebon

Banjir melanda banyak daerah di Tanah Air, termasuk Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ratusan rumah warga di Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, terendam banjir pada Sabtu (12/11/2016) pagi.

Pantauan Liputan6.com, sejumlah warga berbondong-bondong membawa kantung pasir untuk membendung masuknya air ke dalam rumah. Khususnya di Desa Gebang Udik, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.

Ketinggian air di Desa Gebang Udik, mencapai 1,5 meter. Warga yang tak mau meninggalkan rumah mereka memilih bertahan sembari mengamankan barang berharga mereka.

"Khawatir ada banjir susulan mas, terus juga khawatir ada maling yang memanfaatkan kondisi ini," sebut salah seorang warga Dusun 1, Desa Gebang Udik.

Dia mengatakan, banjir yang menggenangi desanya itu dianggap sudah biasa terjadi setiap tahunnya. Namun, banjir yang disebabkan karena dangkalnya Sungai Ciberes tersebut tak dapat diprediksi.

Selain dangkalnya Sungai Ciberes, menurut dia, banjir juga disebabkan tingginya intensitas hujan yang terjadi pada Jumat, 11 November 2016. Dia mengatakan, hujan deras yang terjadi kemarin baru reda pada Sabtu pagi tadi.

Terlebih, belakangan ini intensitas curah hujan di Cirebon cukup tinggi dan menimbulkan kekhawatiran. Sementara di lokasi banjir, tak terlihat adanya aktivitas petugas BPBD setempat.

Akibat banjir tersebut, sejumlah warga yang mayoritas petani dan nelayan tersebut memilih jaga rumah guna mengantisipasi adanya banjir susulan.

"Di sini warga kaya sudah biasa mas. Tapi tetap kami hati-hati karena bencana alam kan tidak bisa kita prediksi," ia mengungkapkan.

Kendati demikian, dia berharap ada tindakan dan antisipasi dari petugas BPBD Kabupaten Cirebon terhadap banjir yang tidak bisa diprediksi datangnya. "Tetap saja kami butuh turun tangan pemerintah mengantisipasi dan bagaimana caranya banjir tidak terjadi tiap tahunnya," ia menandaskan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya