Matahari Terbit Malu-Malu di Negeri Seribu Lontar

Cahaya matahari memecah menembus bilik pohon lontar.

oleh Ola Keda diperbarui 06 Des 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Des 2016, 06:00 WIB
Matahari Terbit di Negeri Seribu Lontar
Indahnya cahaya matahari di balik dedaunan lontar yang berjajar di bukit dan pesisir

Liputan6.com, Kupang - Kota Kupang dijuluki Kota Karang (batu cadas). Julukan itu memang tepat karena hampir seluruh rumah penduduk dibangun di atas batu karang yang kokoh.

Selain karang, Kupang juga disebut sebagai Nusa Lontar. Jika Anda mengunjungi Kupang, maka jajaran pohon lontar siap menyambut Anda. Mereka berbaris dari pesisir hingga perbukitan.

Matahari mulai menunjukka cahayanya dari balik rimbunan pohon lontar. (Liputan6.com/Ola Keda)

Pohon lontar atau Borassus flabellifer dan batu karang memang menjadi ciri khas kota itu. Bahkan, barisan pohon lontar menjadi objek yang menarik di setiap tempat wisata.

Seperti di Oesapa Beach yang belum lama ini diresmikan pemerintah kota Kupang. Deretan ratusan pohon lontar sepanjang pantai membuat Oesapa Beach menjadi salah satu destinasi yang diminati para wisatawan.

Oesapa Beach terletak di Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, persis di samping pasar tradisional Oesapa. Saat senja, para pedagang menjajakan puluhan kuliner lokal sepanjang pantai seperti jagung muda, pisang bakar, ubi bakar, dan kelapa muda.

Sepanjang pantai dibangun puluhan lopo sebagai tempat duduk para pengunjung. Hal ini memberikan suasana romantis pantai. Karena suasana yang romantis ini, tidak jarang para muda-mudi terlihat asik bercengkerama di Oesapa Beach.

Sempurnanya keindahan Oesapa Beach lebih terasa saat matahari terbit. Usai berlari kecil di sepanjang pantai, Anda bisa duduk di lopo, menghirup segarnya udara pagi sambil menunggu munculnya sang matahari di balik deretan pohon lontar.

Aktivitas mulai berjalan di pesisir pantai Oesapa Beach. (Liputan6.com/Ola Keda)

Hampir 90 persen warga Rote, salah satu kabupaten di NTT yang berbatasan langsung dengan Australia, hidup dari menyadap nira lontar. Lontar memberi kehidupan yang lebih bermakna bagi mereka, dari lahir sampai mati.

Kebiasaan para penduduk di sana yaitu memoleskan air nira lontar di bibir dan lidah bayi sebelum si bayi menyusu dari ibunya. Inilah tanda sang bayi telah meminum makanan pokoknya, makanan yang akan dinikmatinya dari bayi sampai akhir hidupnya kelak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya