Liputan6.com, Palangkaraya - Anda yang hendak menuju Sampit, Kalimantan Tengah, melalui jalur laut tentu akan melewati Sungai Mentaya. Sungai itu merupakan salah satu dari 11 sungai terpanjang di Kalimantan Tengah yang terkenal angker.
Airnya tenang dan terhubung langsung dengan Laut Jawa. Sungai selebar 500 meter hingga 1 kilometer itu merupakan satu-satunya akses kapal untuk memasuki Kalimantan Tengah.
Di balik ketenangannya, sungai itu menyimpan keangkeran. Sudah banyak korban, baik kapal atau manusia, yang tenggelam dan karam di situ. Maka itu, penting bagi nakhoda memahami titik-titik terangker dan berhati-hati saat melaluinya.
Advertisement
Salah satu orang yang pernah merasakan langsung keangkeran Sungai Mentaya adalah Roy Saptika. Pria yang merupakan kapten kapal patroli dari Direktorat Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda Kalteng bertuga mengamankan perairan Sungai Mentaya dan perairan Laut Jawa.
Pria berkulit legam berpangkat brigadir itu bercerita saat ia dan tiga anak buah kapal (ABK) seperti biasa berpatroli rutin pengamanan laut dan pantai. Saat kapal patroli yang dinakhodainya berada di Sungai Mentaya dan mendekati muara laut, kapalnya tiba-tiba oleng ke kiri dan kanan tanpa bisa dikendalikan padahal tak ada angin kencang.
"Saya tanya anak buah kapal apakah ada kerusakan di bagian buritan kapal sehingga kapal tak bisa dikendalikan dan jalan miring ke arah sisi kanan kemudi," kata Roy, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Setelah dicek, kapal dalam kondisi baik. Namun karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Roy memutuskan untuk berhenti dan melego jangkar. Setelah beberapa saat, ia melanjutkan perjalanan, tapi kapal malah semakin kehilangan kendali.
Tak ingin terus berlanjut, Roy memerintahkan salah satu ABK turun ke darat dan meminta bantuan masyarakat sekitar. Dari cerita masyarakat di wilayah itu, ada penunggu berupa mahluk halus di Sungai Mentaya berupa kerajaan milik salah satu putri penguasa alam gaib di Kalteng.
"Masyarakat kemudian menyarankan agar kami menaburkan beras kuning di sekitar lokasi sembari meminta izin untuk lewat. Alhamdulilah, setelah itu kapal bisa melaju seperti sedia kala," ucap Roy.
Meski begitu, rasa penasaran Roy belum terpuaskan. Ia kembali napak tilas di lokasi yang sama guna membuktikan kebenaran. Ternyata, hal yang sama terulang kembali.
"Tapi, saya sudah siap seperti yang disarankan penduduk yakni membawa beras kuning dan mohon izin," ujarnya terkekeh.
Direktur Polairud Polda Kalteng Kombes Badarudin tak menampik bila ada sejumlah wilayah kerjanya yang merupakan daerah angker. Ia mengakui salah satu kapalnya yang saat ini diperbaiki juga diyakini merupakan tempat tinggal makluk gaib.
"Karena itu, saya tekankan kepada para anak buah intuk menghormati wilayah yanag dianggap sakral oleh warga karena untuk keselamatan mereka juga," ujar Badarudin.