Liputan6.com, Madiun - Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun menangani kasus seorang wanita berstatus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang melahirkan bayi perempuan di pinggir jalan wilayah Desa Pule, Kecamatan Sawahan, kabupaten setempat.
Kepala Desa Pule Anton Setyoko, Jumat mengatakan, peristiwa tersebut menghebohkan warga yang kebetulan melintas di lokasi itu. Beruntung, meski proses kelahiran bayi tersebut dilakukan di pinggir jalan, ibu dan bayi dalam kondisi baik.
"Kami tidak mengetahui identitas dari sang ibu, sebab ia bukan warga saya. Setelah melahirkan, ibu dan anak tersebut lalu dibawa ke puskesmas," ujar Anton kepada wartawan, Sabtu (11/11/2017), dilansir Antara.
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, peristiwa tersebut diketahui berdasarkan laporan dari warganya yang melihat ada seorang wanita hendak melahirkan di jalanan, dekat gapura masuk desa.
Warga tersebut lalu melapor ke kepala desa untuk penanganan lebih lanjut. Mendapati laporan tersebut, pihaknya lalu menuju ke lokasi bersama seorang bidan.
Namun, sesampainya di lokasi, wanita yang diduga mengalami depresi tersebut telah melahirkan dengan dibantu warga. Ibu dan bayi itu lalu ditangani oleh sang bidan di lokasi dan kemudian langsung dibawa ke puskesmas.
Di puskesmas, sang ibu pun langsung mendapatkan perawatan medis setelah melahirkan guna menghindari hal-hal yang berbahaya.
Sementara, Kepala Puskesmas Sawahan, dokter Agnes Ani menyatakan bayi yang dilahirkan dalam kondisi cukup sehat, dengan panjang mencapai 44 sentimeter dan berat 2,5 kilogram.
"Keduanya dalam kondisi stabil. Sayangnya, sang ibu tidak dapat diajak berkomunikasi. Mungkin karena depresi," kata Agnes.
Untuk penanganan lebih lanjut, keduanya lalu dirujuk ke RSUD Caruban Kabupaten Madiun. Adapun kasus tersebut selanjutnya ditangani oleh Dinkes dan Dinas Sosial Kabupaten Madiun.
Simak video pilihan berikut ini:
Kisah Bripka Sahabuddin, Naik Pangkat karena Orang Gangguan Jiwa
"Nyawa kami terancam dengan adanya orangtua yang membawa parang dan tombak yang selalu mengancam dan meresahkan warga," ujar Bripka Sahabuddin memulai kisahnya.
Peristiwa pergumulan dengan orang gila tiga tahun lalu itu tidak akan pernah dilupakan Sahabuddin. Sebab, momentum tersebut yang membuat dirinya mendapat perhatian khusus dari Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Dia mendapatkan piagam penghargaan dari Tito. Ia juga mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan perwira tanpa tes pada 2018 mendatang. Dengan begitu, Sahabuddin segera naik pangkat.
Sahabuddin memang dikenal sebagai sosok polisi yang perhatian terhadap orang gila. Setidaknya, sudah ada 20 lebih warga yang mengalami gangguan kejiwaan ia urus hingga sembuh.
"Metode hanya pendekatan, komunikasi, terus koordinasi dengan pihak keluarga," kata Sahabuddin di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu, 25 Oktober 2017.
Sebagai Bhabinkamtibmas, jiwanya langsung terpanggil begitu mendapati warganya yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi, tak sedikit yang mengalami pemasungan. Sahabuddin lalu mengurusnya hingga sembuh.
Sahabuddin membawanya ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dadi, Makassar. Tak berhenti di situ, ia terus memantau perkembangan kejiwaan warganya. Dia pula yang memikirkan pembiayaan mereka.
Sebab, rata-rata penderita gangguan kejiwaan berasal dari keluarga tidak mampu. "Saya bantu warga untuk mengurus berkas seperti KIS (Kartu Indonesia Sehat) supaya dibiayai pemerintah. Karena biaya pengobatannya kan mahal," ucap dia.
Belum lagi jarak antara tempatnya bertugas, yakni Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru dengan Kota Makassar yang cukup jauh, yakni sekitar 107 km. Sahabuddin butuh waktu tiga jam untuk membawa orang gila atau pasien gangguan kejiwaan menuju RSJ Dadi, Makassar, menggunakan mobilnya.
"Biaya akomodasi sama makan kadang dari uang pribadi saya, patungan dari teman-teman, bantuan dari Pak Kapolsek. Tapi, alhamdulillah saya tidak pernah kekurangan," tutur Sahabuddin.
Advertisement