Liputan6.com, Cirebon - Patih Keraton Kanoman Cirebon, Pangeran Raja Moch Qodiran melelang enam batik kesayangannya yang dibuatnya sendiri selama bertahun-tahun. Salah satu dari batik yang dilelang bermotif Lawangabang.
Menurut Qodiran, setiap batik yang dilelangnya memiliki filosofi mendalam. Motif Lawangabang, contohnya, memiliki filosofi bahwa manusia selama hidup tidak boleh memiliki hati dan prasangka buruk pada orang lain.
Advertisement
Jika manusia memiliki hati dan prasangka buruk kepada orang lain, sifat tersebut akan luluh dengan sendirinya ketika melewati salah satu bangunan kuno yang ada di Keraton Kanoman bernama Lawangabang.
Advertisement
"Dulu saya buat batik ini empat tahun dan ini batik saya yang buat sendiri saya lelang untuk ikut serta mendukung gerakan kampanye teman-teman aktivis lingkungan ke masyarakat," kata Patih Keraton Kanoman itu kepada Liputan6.com, Sabtu, 11 November 2017.
Selain motif Lawangabang, ada pula batik bermotif Loksan. Motif itu, kata dia, memiliki perlambang bahwa manusia harus selalu dekat dengan Sang Pencipta Allah SWT, berbuat baik dengan sesama manusia, dan menghargai alam.
Baca Juga
Untuk motif Sumping Krisna, lanjut Patih Qodiran, menggambarkan sosok pemimpin yang baik harus memiliki tiga unsur yakni kebijakan, ketegasan dan kearifan.
Lainnya adalah batik bermotif Naga Uta-Uta yang merupakan perlambang seorang pemimpin. Motif itu mengandung makna bahwa pemimpin harus bisa mengayomi masyarakatnya.
"Motif batiknya meliuk liuk karena menjadi pemimpin memang tidak mudah selalu ada tantangan dan masalah yang harus dihadapi dengan kepala dingin," ujar dia.
Qodiran mengatakan rela dan ikhlas melelang batik kesayangannya yang menjadi koleksinya. Dana hasil lelang batik tersebut, kata dia, akan disumbangkan kepada komunitas Jaga Kali Art Festival untuk membiayai kampanye lingkungan.
"Mempertahankan dan melestarikan warisan budaya leluhur kan banyak caranya. Apalagi di era yang semakin maju ini," kata Patih Keraton Kanoman itu.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Kampanye Lingkungan
Selain untuk disumbangkan untuk kegiatan kampanye lingkungan, lelang batik juga diharapkan menjadi upaya Keraton Kanoman melestarikan warisan budaya Cirebon.
"Kami mencoba untuk mengembalikan arti dari batik itu. Batik bukan dari motif atau gambar tapi proses yang dibuat dengan malam dan alat canting. Bukan modern, printing, maupun cap," ujar dia.
Ketua Jaga Kali Art Festival Nico Broer mengatakan, tahun ini, event Jaga Kali Art Festival akan digelar di Buper Ciberem Kabupaten Kuningan Jawa Barat pada 20 sampai 26 November 2017.
Dia mengatakan, hingga saat ini, Jaga Kali Art Festival digelar dengan dana swadaya. Ada sekitar 150 komunitas seni, budaya hingga lingkungan tergabung dalam Jaga Kali Art Festival.
"Kita galang dana yang mana kegiatan tersebut murni untuk masyarakat. Seperti workshop di kampung, bikin perpustakaan, dan workshop untuk masyarakat sekitar," ujar dia.
Nico menjelaskan, even kampanye lingkungan dalam Jaga Kali Art Festival tersebut dikemas dalam nuansa seni dan budaya. Bagi dia, kampanye lingkungan melalui pertunjukan seni dan budaya lokal dianggap efektif dalam mengkampanyekan lingkungan.
"Misal kita adakan acara serius tidak akan ada yang nonton, tapi kalau adakan acara lewat seni, budaya, musik semua orang akan nonton, dan lewat itu kita sisipi kampanye lingkungan," ujar dia.
Komunitas Jaga Kali Art Festival akan mengangkat seni dan budaya yang hampir punah di masyarakat sekitar. "Termasuk permainan-permainan tradisional akan kami angkat kembali dan dijadikan kebiasaan lagi oleh masyarakat. Sambil itu, kami kampanye lingkungan," ujar Nico.
Advertisement