Alasan SAR Gabungan Hentikan Pencarian Korban Longsor Brebes

Tercatat 12 korban meninggal dunia dalam tragedi longsor Brebes

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 28 Feb 2018, 21:13 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2018, 21:13 WIB
Pencarian korban hilang dalam longsor Gunung Lio, Pasir Panjang, Brebes. (Foto: Liputan6.com/BPBD Cilacap/Muhamad Ridlo)
Pencarian korban hilang dalam longsor Gunung Lio, Pasir Panjang, Brebes. (Foto: Liputan6.com/BPBD Cilacap/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Brebes - Kamis, 22 Februari 2018, menjadi hari yang pilu bagi warga Brebes, khususnya Desa Pasirpanjang Kecamatan Salem. Ribuan kubik material longsor Brebes menyebabkan belasan korban.

Penyelamatan dan evakuasi pun langsung dilakukan, oleh warga setempat, yang lantas dilanjutkan oleh Tim Search and Rescue (SAR) gabungan. Sejumlah korban ditemukan dalam kondisi selamat, meski terluka.

Akan tetapi, di hari pertama itu, lima korban ditemukan dalam kondisi meninggal. Operasi pencarian pun terus dilakukan.

Jam demi jam, hari demi hari, satu per satu korban ditemukan, dalam kondisi meninggal. Hingga Rabu, 28 Februari 2018, atau tujuh hari pencarian, tercatat 12 korban meninggal dunia dalam tragedi longsor Brebes. Adapun enam orang lainnya, masih dinyatakan hilang.

Tim SAR Gabungan mesti memutuskan untuk melanjutkan pencarian korban atau menghentikannya. Pasalnya, SOP Basarnas mengisyaratkan bahwa pencarian korban dalam sebuah bencana adalah tujuh hari.

Memang, operasi pencarian korban bisa diperpanjang dengan berbagai sebab. Tetapi, pencarian korban longsor Brebes di Gunung Lio ini terpaksa dihentikan lantaran berbagai pertimbangan.

Hasil Evaluasi 7 Hari Pencarian Korban Longsor Brebes

Libatkan alat berat, pencarian korban longsor Brebes diperluas hingga sungai sekitar kawasan longsor Gunung Lio, Pasir Panjang. (Foto: Liputan6.com/BPBD Cilacap/Muhamad Ridlo)
Libatkan alat berat, pencarian korban longsor Brebes diperluas hingga sungai sekitar kawasan longsor Gunung Lio, Pasir Panjang. (Foto: Liputan6.com/BPBD Cilacap/Muhamad Ridlo)

Komandan Satgas Tanggap Darurat Bencana Longsor Brebes, Letkol Inf. Ahmad Hadi Hariono menerangkan, berdasar evaluasi tim SAR gabungan, pencarian diputuskan dihentikan.

Dia pun mengklaim, penghentian ini telah melewati banyak pertimbangan. Antara lain, faktanya, selama dua hari terakhir sudah tak ada korban yang ditemukan. Medan pencarian semakin sulit lantaran berada di tebing.

“Dihentikan hari ini,” ucapnya, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (28/2/2018).

Pertimbangan lainnya, kondisi relawan dari berbagai potensi SAR, seperti TNI, Polri, BPBD, Basarnas, Tagana, Rapi dan lainnya sudah dalam kondisi letih. Para relawan juga sudah banyak yang kembali ke daerahnya masing-masing untuk menanggulangi bencana yang terjadi di daerah lainnya.

Pertimbangan lainnya, memperhatikan medan yang sulit, maka penghentian operasi adalah keputusan yang realistis.

“Berikutnya, kemungkinan ditemukannya korban dengan kondisi yang sekarang sulit. Kemudian yang terakhir, kita sudah koordinasi dengan pemerintah desa, dengan wahli waris, mereka sudah ikhlas,” dia menerangkan.

Masa Tanggap Darurat Bencana Longsor Brebes

Kondisi permukiman warga Capar, Brebes usai diterjang banjir bandang. (Foto: Liputan6.com/Tagana Banyumas/Muhamad Ridlo)
Kondisi permukiman warga Capar, Brebes usai diterjang banjir bandang. (Foto: Liputan6.com/Tagana Banyumas/Muhamad Ridlo)

Meski operasi pencarian korban longsor Brebes dihentikan, masa tanggap darurat bencana Brebes masih diberlakukan hingga tanggal 7 Maret 2018. Petugas masih membuka jalur putus serta menyingkirkan material yang menutup jalan.

Sebagian relawan dan warga juga membersihkan material yang mengotori rumah penduduk di Desa Capar. Hal itu dilakukan agar warga Capar bisa kembali ke rumahnya.

Saat ini, artusan pengungsi masih bertahan di Desa Windusakti dan beberapa pengungsian lainnya. Mereka mengungsi lantaran desanya diterjang banjir bandang dan terancam longsor.

“Jumlahnya sekitar 880 orang,” dia menambahkan.

Dia enggak memperkirakan kapan warga Clapar akan bisa kembali ke rumah. Pasalnya, pembenahan di perumahan warga masih dilakukan.

Selain itu, salah satu rekomendasi Tim Geologi Bandung adalah, bahwa sebagian besar pengungsi Clapar harus direlokasi. Sebab, mereka tinggal di daerah yang berbahaya.

“Geologi sudah meninjau dari Bandung. Hasilnya itu,”dia menjelaskan.

Dalam waktu dekat ini, Satgas akan berkoordinasi dengan Pemkab Tegal, Pemprov Jawa Tengah, dan dinas terkait terkait rekomendasi opsi relokasi tersebut.

Sakasikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya