Liputan6.com, Pekanbaru - Usai ditembak bius pada Jumat 16 Maret 2018 malam dan berhasil bangun lagi, harimau Sumatera bernama Bonita sudah tak menampakkan diri lagi. Dicari hingga Selasa, 20 Maret 2018, petugas semakin sulit melacaknya.
Biasanya, Bonita ini sering mondar-mandir di Dusun Danau, Desa Tanjung Simpang dan perkebunan sawit Eboni milik PT Tabung Haji Indo Plantation, setelah menelan dua korban jiwa.
"Bahkan, pencarian dilakukan sampai jam 11 malam, tapi belum ada perjumpaan," kata Kepala Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau, Dian Indriarti, di Pekanbaru, Selasa petang, 20 Maret 2018.
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan, sejak Bonita gagal ditangkap meski sudah berhasil dibius, pencarian oleh tim terpadu dilakukan hingga larut malam. Dikawal personel TNI dan Polri, tim tidak lagi menggunakan mobil rescue.
Pada malamnya, kata Dian, tim menggunakan dua mobil dum truk. Semua peralatan diletakkan di atas mobil, begitu juga dengan petugas, dan menyisir semak serta kebun sawit yang biasa menjadi perlintasan Bonita.
"Hingga sekarang, belum ada pertemuan sejak ditembak bius itu. Padahal malam-malam sebelum dibius itu sering menampakkan diri," kata Dian.
Menurut Dian, penggunaan dum truk lebih aman bagi petugas saat malam. Pasalnya, Bonita mengalami perubahan perilaku drastis, tidak layaknya hewan liar biasa.
Biasanya, harimau akan menghindari pertemuan dengan manusia. Seperti Boni, seekor harimau lainnya yang juga terpantau di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
"Bonita ini kalau nampak mobil dan manusia malah mengejar, tidak menghindar, tidak ada rasa takutnya, biasanya diam," kata Dian.
Â
Â
Dua Posko untuk Bonita
Sebelumnya, tim terpadu sudah menambah peralatan bius untuk menangkap Bonita. Beberapa personil menyisir lokasi perlintasan bersama tim pembius, sementara lainnya siaga di posko sebagai bantuan jika diperlukan.
Ada dua posko yang dibangun petugas. Pertama di dusun tersebut, kedua di Eboni yang merupakan perkebunan sawit. Dua lokasi ini menjadi perlintasan Bonita sejak muncul akhir Desember 2017.
"Untuk bius sendiri disesuaikan dengan berat badan Bonita yang diperkirakan 70 kilogram," sebut Dian.
Menurut Dian, segala daya, upaya, dan peralatan sudah dikirimkan ke lokasi perburuan Bonita. Hanya saja, sang datuk belang belum tertangkap hingga 20 Maret 2018.
"Belasan jerat atau box trap juga sudah dipasang dengan umpan yang sudah bius. Mudah-mudahan segera tertangkap," imbuh Dian.
Sebelumnya, Bonita sempat ditembak bius ketika melintas di jalan poros Eboni. Dia kemudian roboh sesaat di antara jerat dua dan tiga. Petugas belum sempat mendekat untuk memastikan Bonita betul-betul tak sadarkan diri.
Rupanya, bius tadi hanya bekerja sebentar. Bonita bangkit lalu berlari ke semak-semak dan menghilang. Petugas mencarinya hingga malam hari. Faktor penerangan membuat tim memutuskan mundur.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement