Dituduh Mau Bagi-Bagi Uang, 6 Perempuan Disandera di Penajam

Panwaslu menemukan sejumlah kasus politik uang yang mengarah ke salah satu paslon. Paslon ini merupakan keluarga dari keenam perempuan itu.

oleh Abelda RN diperbarui 25 Jun 2018, 14:02 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2018, 14:02 WIB
Dituduh Politik Uang, Enam Perempuan Disandera
Pertemuan Panwas, Polisi, TNI dan warga di lokasi, Minggu (24/6). (Liputan6.com/Abelda Gunawan)

Liputan6.com, Penajam - Enam perempuan asal Balikpapan disandera ratusan orang di salah satu penginapan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Minggu, 24 Juni 2018 pukul 02.00 Wita. Kelompok massa menuduh para perempuan ini sedang melakukan upaya politik uang saat masa tenang pemilihan kepala daerah di Penajam Paser Utara.

"Para perempuan ini ketakutan sembunyi dalam kamar melihat ratusan orang mengepung penginapan ini," kata kuasa hukum, Agus Amri, saat ditemui.

Agus mengatakan, kliennya ini merupakan keluarga Abdul Gafur Mas’ud yang merupakan salah satu peserta Pilkada Penajam, koalisi Partai Demokrat, PKS, dan Nasdem, berpasangan dengan Hamdam.

Kunjungan mereka ke Penajam, kata Agus, dalam rangka memberikan dukungan moril jelang pemungutan suara bagi pasangan Gafur–Hamdam. Mereka datang membawa keperluan seadanya selama menginap di penginapan tersebut.

Setibanya di penginapan, menurut Agus, sekelompok orang berperilaku mencurigakan membuntuti kehadiran mereka di Penajam. Beberapa orang bahkan meneriaki mereka serta langsung menuduhnya akan melakukan politik uang.

"Mau bagi-bagi uang ya," paparnya menirukan.

Keenam perempuan ini, yaitu Wahyuni, Rahmawati, Siti, Mei Mei, Aisyah, dan Wam awalnya tidak menggubris aksi provokatif yang menuduh mereka akan melakukan politik uang tersebut. Namun, kerumunan massa ini makin bertambah banyak hingga ratusan orang.

"Mereka berteriak-teriak di luar penginapan, bahkan berani menggedor kamar klien saya ini. Tentu saja mereka ketakutan dan trauma," sesal Agus.

Kelompok massa ini terus berjaga di sekitar area penginapan sejak pukul 17.00 hingga 02.00 Wita. Praktis selama sembilan jam para perempuan ini tersandera serta tidak berani keluar dari penginapan.

"Upaya mediasi sudah dilakukan pihak kepolisian, panwas dan tim kami, tapi baru berbuahkan hasil pukul 02.00 Wita. Kami langsung mengevakuasi mereka keluar dari penginapan," sebutnya.

Atas peristiwa ini, Agus beserta tim sukses Gafur–Hamdam melaporkan perbuatan tidak menyenangkan tersebut ke Polres Penajam. Mereka menuntut polisi menindak tegas pihak yang melakukan aksi premanisme serta membuat resah masyarakat.

"Kami sudah membuat laporan resminya ke polisi," tegasnya.

 

Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel di sini dan ikuti Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.

 

Temuan Penggeledahan Kamar

Dituduh Politik Uang, Enam Perempuan Disandera
Dituduh politik uang, enam perempuan disanderan.(Liputan6.com/Abelda Gunawan)

Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Penajam turut menerima laporan masyarakat tentang tuduhan politik uang di penginapan tersebut. Bersama kepolisian, panwas membantu proses evakuasi enam orang perempuan ini.

"Agar massa tenang, anggota kami memeriksa seluruh barang bawaan mereka. Kamar juga kami segel agar tidak ada yang bisa masuk. Tentunya semua atas persetujuan enam perempuan ini," ungkap Ketua Panwas Penajam, Daud Yusuf.

Siangnya, Daud bersama sejumlah saksi memeriksa kamar nomor 5 tempat menginap saksi terlapor. Mereka tidak mendapati barang bukti berupa uang seperti sudah dituduhkan massa.

"Kami sudah memeriksa semua hingga atas hotel semuanya, tidak ada temuan uang seperti dituduhkan. Hanya berupa pakaian, makeup, makanan, dan sejumlah kecil uang," tuturnya.

Soal laporan balik dilakukan tim pasangan Gafur–Hamdam, Daud mempersilakan kepolisian memproses keberatan terlapor. Menurut dia, kasusnya murni pelanggaran pidana yang menjadi ranah hukum kepolisian.

"Bukan kasus pelanggaran pemilu, sehingga bukan urusan kami," tegasnya.

Selama jalannya Pilkada Penajam, Panwas menemukan dua kasus dan sembilan laporan kasus pelanggaran pemilu. Sebanyak tiga di antaranya sudah ditetapkan masuk kategori pelanggaran politik uang.

"Tiga kasus sudah kami proses dan seluruhnya memang mengarah pada pasangan Gafur–Hamdam," ucapnya.

Polres Penajam sudah menerima laporan aksi premanisme terhadap keluarga Gafur–Hamdam ini. Penyidik Satuan Reserse Kriminal sedang memeriksa keterangan saksi-saksi pelapor.

"Sudah kami arahkan untuk diperiksa keterangan di Reskrim," kata Kapolres Penajam, Ajun Komisaris Besar Sabil Umar.

Sabil mengatakan, polisi dengan sigap mampu mengatasi keresahan masyarakat agar tidak menganggu kondisi keamanan dan ketertiban Penajam. Polda Kaltim langsung mendatangkan 100 personel Brigadir Mobil untuk memastikan keamanan jalannya pilkada di Penajam.

"Satu pleton Brimob sudah datang untuk membantu pengamanan dan juga distribusi surat suara," paparnya.

Kabupaten Penajam merupakan salah satu daerah yang turut menyelenggarakan pemungutan suara serempak di sejumlah wilayah di Indonesia.

Pilkada kabupaten pemekaran ini diikuti tiga pasangan yakni Mustaqim MZ–Sofyan Nur (Gerindra, PKB dan PBB), Andi Harahap–Fadly Imawan (Golkar, PDIP, PPP, Partai Idaman dan PSI) dan terakhir Abdul Gafur Mas’ud–Hamdam.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Polwan Korban Sandera Mako Brimob Rayakan Ulang Tahun di RS
Polwan Korban Sandera Mako Brimob Rayakan Ulang Tahun di RS (Instagram)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya