Teknologi Geospasial, Bekal Penting Relawan Bencana

Lewat citra satelit yang dihasilkan, kita dapat melihat bagaimana daerah Palu dari sebelum dan sesudah gempa. Kawasan mana saja yang rusak dan bahkan titik pengungsiannya di mana saja.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 07 Okt 2018, 12:03 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2018, 12:03 WIB
Acara Sekolah GIS yang digelar Wanadri
Acara Sekolah GIS yang digelar Wanadri. (Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung Aktivitas alam bebas akhir-akhir ini tampaknya bukan lagi merupakan suatu kegiatan yang langka. Bukan lagi dilakukan oleh orang tertentu yang kerap menamakan dirinya sebagai kelompok pencinta alam. Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum.

Namun begitu, bukan berarti bahwa pergi ke tempat-tempat baru yang selalu memberikan kesan dan pengalaman yang lebih dari yang lain terutama dalam aktivitas gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan teoritis. 

Atas dasar itulah perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri menggelar Sekolah Geographic Information System (GIS) yang dilaksanakan Sabtu (6/10/2018).

Acara yang berlangsung di Gedung Bandung Creative Hub ini diikuti 50 peserta dari latar belakang pencinta alam.

Sebelum memberi materi terkait teknologi geospasial tersebut, Wanadri membuka pendaftaran. Dari sekitar 500 pendaftar, 50 di antaranya berhasil diseleksi.

"Kita memang sengaja mencari yang berlatar belakang pencinta alam tetapi masih belum mengimplementasikan data spasial atau memang tidak memikiki latar belakang keilmuan geospasial. Tujuannya, untuk memberi kemampuan dasar konsep dasar geospasial," kata Dirga Sumantri dari Wanadri.

Dengan para peserta yang berusia muda serta yang aktif di kegiatan alam bebas, Wanadri berharap kegiatan Sekolah GIS memberikan pengetahuan lebih jauh soal geospasial.

"Capaian pembelajaran dari sekolah ini ingin mengenalkan aplikasi GIS. Sehingga bisa diterapkan masing-masing kelompok pencinta alam," ujarnya.

Wanadri tidak sendiri dalam menggelar sekolah ini. Mereka bekerja sama dengan Geospatial Creative Institute dan Esri Indonesia.

"Jadi, GIS yang saat ini sudah dalam bentuk platform bisa dipakai ketika seseorang melakukan perjalanan dengan didasari data dan kemampuan menganalisis yang baik. Sehingga tujuannya untuk keselamatan perjalanan orang  itu sendiri," jelasnya.

Selain itu, Jumardi menambahkan, GIS bisa diimplementasikan untuk menganalisis kebencanaan.

"Dengan melakukan analisis spasial di suatu daerah, kita dapat mengenal karakteristik daerah tersebut dalam menganalisis kebencanaan dan bisa berfungsi untuk merespons dini terkait kebencanaan," paparnya.

Sementara itu Widiaswati Rosita Dewi dari Esri Indonesia mengatakan, kerja sama dengan Wanadri ini diharapkan dapat memperluas informasi terkait teknologi GIS.

"Kita tidak sebatas penyedia peta saja karena sekarang bentuknya sudah platform. Kerja sama dengan Wanadri dengan Esri ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dalam memberikan informasi teknologi GIS kepada masyarakat," ujarnya.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Teknologi GIS untuk Mitigasi Bencana

Mencari yang tersisa dari gempa Palu
Warga memeriksa puing-puing di mana rumah mereka berdiri sebelum gempa dan tsunami di Petobo, Palu, Kamis (4/10). Wilayah Kelurahan Petobo di Palu menjadi salah satu daerah yang terkena dampak parah karena 'ditelan bumi'. (AFP/ ADEK BERRY)

Teknologi GIS sendiri sudah digunakan oleh banyak tim pengendali dan responden bencana di seluruh dunia. Teknologi ini berperan dalam mitigasi bencana skala besar seperti kemungkinan letusan Gunung Agung.

Jumardi dari Geospatial Creative Institute (GCI) mengungkapkan, teknologi GIS telah digunakan untuk pemetaan yang bisa diaplikasikan untuk mitigasi kebencanaan gempa di Palu beberapa waktu lalu.

"Lewat citra satelit yang dihasilkan, kita dapat melihat bagaimana daerah Palu dari sebelum dan sesudah gempa. Kawasan mana saja yang rusak dan bahkan titik pengungsiannya di mana saja," paparnya.

GCI sendiri telah memberikan rekomendasi kepada tim penanggulangan dan relawan bencana di Palu.

"Datanya dikirim dan akan digunakan relawan. Teknologi ini semacam respons cepat untuk memberikan data terkini soal tat ruang," ujarnya.

Sehingga, dengan adanya rekomendasi tersebut, evakuasi dan rehabilitasi bencana dapat dilakukan sesuai dengan data yang ada.

"Sebuah evakuasi yang baik adalah evakuasi yang dilengkapi data-data. Teknologi GIS sangat mendukung data soal distrubusi logistik, tata ruang, jalur evakuasi, infrastruktur dan spot pengungsian," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya