Ritual Pernikahan Kiai Pulung Soto dan Nyai Srintil di Lereng Gunung Sumbing

Dalam ritual penikahan tembakau tersebut, masyarakat juga membuat gunungan hasil bumi yang pada akhir ritual gunungan tersebut diperebutkan masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Nov 2018, 00:03 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2018, 00:03 WIB
Panorama Gunung Sindoro dan Sumbing dilihat dari Gunung Prau. (Liputan6.com/Misyadi untuk Muhamad Ridlo)
Panorama Gunung Sindoro dan Sumbing dilihat dari Gunung Prau. (Liputan6.com/Misyadi untuk Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Magelang - Masyarakat lereng Gunung Sumbing, Desa Genito, Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa 13 November 2018, menggelar ritual "Pernikahan Tembakau" di mata air Sendang Piwakan.

Ritual pernikahan tembakau tersebut dipimpin oleh budayawan Agus Merapi, dengan melakukan doa di Sendang Piwakan sambil membawa dua tanaman tembakau yang dinikahkan dengan harapan dapat membawa kesuburan tanaman tembakau di Desa Genito.

"Prosesi ini merupakan pernikahan tembakau, yang setiap tahun setelah panen tembakau di lereng Gunung Sumbing ini diadakan upacara pernikahan tembakau," katanya dilansir Antara.

Ia menuturkan, kegiatan itu sebagai rasa syukur atas hasil panen tembakau yang bagus dan berharap agar hasil panen tahun depan akan lebih baik lagi.

Tembakau yang dinikahkan adalah tembakau laki-laki dengan nama Kiai Pulung Soto dan tembakau perempuan Nyai Srintil.

Dalam ritual penikahan tembakau tersebut, masyarakat juga membuat gunungan hasil bumi yang pada akhir ritual gunungan tersebut diperebutkan masyarakat.

Kepala Desa Genito Trasmantyo mengatakan, masyarakat di Desa Genito mayoritas petani tembakau. Ritual pernikahan tembakau sudah dilaksanakan tujuh kali.

"Ritual pernikahan tembakau ini merupakan simbol atau wujud syukur masyarakat di Desa Genito agar hasil panen ke depan semakin baik," katanya.

Ia menyampaikan harga tembakau pada panen tahun ini cukup bagus, mencapai Rp 75.000 per kilogram. Produksi tembakau tahun ini juga mengalami peningkatan.

Ia mengatakan pada 2017 harga tembakau anjlok karena memang kualitasnya kurang bagus.

"Hal tersebut karena saat mulai panen tembakau bersamaan datangnya musim hujan sehingga mengakibatkan tanaman tembakau mengalami kerusakan dan proses pengeringan tembakau rajangan tidak optimal sehingga kualitasnya jelek," katanya di lereng Gunung Sumbing.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya