Kesigapan Penanganan Bencana Antar Cilacap ke Korsel

Ada yang menjuluki Cilacap sebagai supermarket bencana. Kabupaten Cilacap bakal menjadi satu-satunya wakil Indonesia sebagai kota tangguh bencana

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 16 Jan 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 16:00 WIB
Simulasi kebencanaan untuk membentuk kampung tangguh bencana. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Simulasi kebencanaan untuk membentuk kampung tangguh bencana. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Di Jawa Tengah, Cilacap adalah kabupaten/kota dengan risiko bencana tertinggi. Adapun di Indonesia, Cilacap menempati peringkat ke-17 sebagai wilayah paling rawan bencana.

Segala jenis bencana berpotensi terjadi di Cilacap. Di pesisir, Cilacap berhadapan dengan gelombang tinggi, pasang rob, hingga tsunami.

Nun di pegunungan Cilacap bagian barat, bahaya banjir bandang dan longsor mengancam warga yang tinggal di wilayah ini. Belum lagi, bahaya banjir rendaman hingga tiupan angin kencang dan puting beliung.

Tak aneh jika ada yang menjuluki Cilacap sebagai supermarket bencana. Tak peduli musim hujan maupun kemarau, Cilacap selalu berhadapan dengan bencana alam.

“Musim kemarau ya bencana kekeringan, krisis air bersih,” ucap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Kodirin, Senin, 15 Januari 2019.

Tingginya risiko bencana membuat Cilacap berbenah. Infrastruktur hingga sumber daya manusia (SDM) dibangun untuk mengurangi risiko bencana.

Kini, Kabupaten Cilacap bakal menjadi satu-satunya wakil Indonesia sebagai kota tangguh bencana dalam Global Final Wrap-up Workshop on Making City Risilence di Kota Incheon, Korea Selatan, 4-8 Maret 2019 mendatang.

Kodirin mengatakan kepastian dipilihnya Cilacap sebagai kota tangguh bencana mewakili Indonesia disampaikan perwakilan The United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR), badan dunia yang menangani upaya pengurangan risiko bencana.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Apa yang Dibawa Cilacap ke Korsel?

Ilustrasi - Puluhan desa di Cilacap teridentifikasi sebagai zona merah longsor. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Puluhan desa di Cilacap teridentifikasi sebagai zona merah longsor. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Tejas Patnaik, wakil UNISDR, menyampaikan kepada Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji dan Kepala Lakhar BPBD Cilacap bahwa Cilacap dipastikan menjadi wakil Indonesia sebagai kota tangguh bencana.

Pada Selasa-Jumat pekan lalu (8-11/1/2019) UNISDR bersama pihak terkait lainnya menggelar workshop dan lokakarya untuk penilaian mandiri kota tangguh. Dalam kesempatan itu, Cilacap memaparkan apa dan bagaimana penanganan bencana di Cilacap.

“Di Korea Selatan itu, rencananya mungkin Pemda Cilacap akan memaparkan di sana, terkait dengan apa yang telah dilakukan oleh Cilacap dalam rangka membangun kota tangguh, dalam rangka pengurangan risiko bencana,” dia menjelaskan.

Dia pun mengklaim, diputuskannya Cilacap untuk mewakili Indonesia sebagai kota tangguh bencana dilihat dari berbagai indikator. Mulai dari penyiapan SDM, pencegahan bencana, antisipasi bencana, penanganan hingga paska-bencana.

Dalam forum kota tangguh bencana sedunia itu, Cilacap bakal menjadi satu di antara 19 kota atau pemerintahan lokal (pemda) se-dunia yang memaparkan capaian atau ketangguhan wilayah dalam menghadapi bencana.

Forum tersebut, juga bakal diisi kursus singkat, lokakarya dan workshop manajamen penanganan bencana paling mutakhir.

“Jadi nanti akan disampaikan di sana, ini lho Cilacap sudah punya strategi, sumber daya manusianya seperti apa sudah bisa, dari segi arana dan prasarana, dari segi pengurangan risiko bencana. Itu semua akan disampaikan,” dia mengungkapkan,

Beberapa hal telah dilakukan Cilacap untuk menjadi kota tangguh bencana. Misalnya dengan membentuk desa tangguh bencana dan peningkatan kapasitas para relawan dan masyarakat soal kebencanaan.

Secara rutin, BPBD Cilacap menggelar pelatihan hingga simulasi di wilayah yang teridentifikasi sebagai daerah rawan bencana. Seluruh warga di wilayah yang berada dalam zona merah bencana pun telah memahami risiko-risiko dan mengetahui cepat tanggap bencana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya