Secercah Harapan untuk Bocah SD Petarung Nyawa di Garut

Sekelompok bocah SD di Garut harus melintasi derasnya Sungai Cimanuk menggunakan rakit untuk bisa sampai ke sekolah.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 30 Jan 2019, 14:02 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2019, 14:02 WIB
Nampak para siswa dan pejabat Garut yang tengah melakukan inspeksi ke lokasi, tengah menyebrangi sungai Cimanuk menggunakan rakit bambu
Nampak para siswa dan pejabat Garut yang tengah melakukan inspeksi ke lokasi, tengah menyebrangi sungai Cimanuk menggunakan rakit bambu (Liputan6.cm/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Setelah kabar aksi berbahaya belasan siswa Sekolah Dasar (SD) saat melintasi derasnya Sungai Cimanuk menggunakan rakit bambu mencuat, pemkab Garut akhirnya turun tangan.

Rencananya tahun ini, pemerintah daerah segera merealisasikan pembangunan infrastruktur jembatan penghubung, antara Kampung Tegalkalapa dan Kampung Pananggungan.

Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, kehadiran jembatan penghubung dua desa dari dua kecamatan itu sangat penting, selama ini aktivitas warga terutama yang berada di bantaran Sungai Cimanuk itu lebih banyak menggunakan jasa rakit bambu.

"Nanti kita lihat, apakah jembatan permanen atau rawayan rawan abrasi tanah," ujar Rudy saat meninjau lokasi Sungai Cimanuk, Selasa (29/1/2019).

Melihat pentingnya akses jembatan penghubung kedua desa itu, Rudy telah mengintruksikan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) segera merealisasikan pembangunan.

"Tahun ini, kita dibuatkan dulu perencanaannya, Juli diajukan, September kita (rencanakan) bangun," ujarnya.

Rudy menyatakan, pembangunan jembatan permanen diperkirakan membutuhkan anggaran antara Rp 2,5–3 miliar, sedangkan untuk jembatan rawayan, anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 500 juta.

"Kita tidak kecolongan, tetapi untung saja ditemukan (laporannya) sama wartawan," ungkap dia.

Selama ini menurutnya, keberadaan rakit bambu memang sangat dan dibutuhkan sebagai transportasi penyeberangan warga Garut, khususnya yang berada di bantaran Sungai Cimanuk.

"Di beberapa daerah sudah berkurang, kita akan menyisir di seluruh kecamatan, target saya 2023 tidak ada lagi yang tidak tersambung jembatan,” kata dia.

Untuk mendukung rencana pembangunan jembatan penghubung itu, Pemkab meminta segera dilakukan relokasi sekitar 20 rumah yang berada di sekitar bantaran Sungai Cimanuk.

"Nanti diganti dengan tapak dengan ruslah, artinya aset mereka dipakai ruang terbuka hijau, nanti diganti rumah tapak,"  ujar dia.

 

Solusi yang Dinanti

Dafa, salah satu pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda mengharapkan jembatan segera dibangun agar perjalanan ke sekolah menjadi aman dan menyenangkan.

"Nanti jika sudah ada jembatan, kami ke sekolah bisa menggunakan sepeda," ujar dia.

Bukan hanya itu, keberadaan jembatan penghubung bisa memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, terutama mobiliasasi pelajar saat menempuh pendidikan di kampung sekitar yang dipisahkan Sungai Cimanuk.

"Sekarang ke sekolah tidak akan basah-basahan lagi, jadi lebih mudah," ujarnya.

Kepala Dinas PUPR Garut Uu Saepudin menyatakan, melihat kebutuhkan masyarakat sekitar terhadap jembatan, lembaganya menilai lebih tepat jika infrastruktur jembatan yang dibangun lebih relevan untuk mengarah ke pola jembatan semi permanen.

"Minimal bisa dilewati kendaraan roda warga," ujar dia.

Selain bisa menahan derasnya Sungai Cimanuk, keberadaan jembatan semi permanen lebih tepat dibangun untuk menyambungkan kedua kampung dari kedua kecamatan tersebut.

"Kita pun tentu meminta kesediaan warga sekitar untuk menyediakan lahan untuk pembangunan jembatan itu," ujarnya menambahkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya