Liputan6.com, Cilacap - Akhir Juni 2019, nelayan perairan selatan Cilacap, Jawa Tengah semringah. Angin timur membawa kabar musim panen ikan segera dimulai.
Memang, tangkapannya belum optimal lantaran ikan baru saja muncul. Hasil tangkapan nelayan akan bertambah seiring membaiknya cuaca dan menurunnya ketinggian gelombang laut.
Dari sekitar 15 ribu nelayan Cilacap sekitar 60 persennya sudah turun melaut untuk memulai musim panen ikan. Sebagian besar adalah nelayan perahu kecil. Lainnya adalah nelayan dengan perahu menengah dan besar.
Advertisement
Baca Juga
Adapun nelayan perahu menengah dan besar baru separuhnya yang melaut. Berbeda dengan perahu kecil yang lebih ringan persiapannya, kerepotan persiapan perahu besar saat akan melaut tentu berbeda.
Nelayan perahu menengah dan besar misalnya, sudah mulai menangkap ikan Cakalang, Tongkol, Baby Tuna dan Cumi. Nelayan jenis ini melaut dengan jarak tempuh cukup jauh, kisaran di atas 100 mil laut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, Sarjono mengatakan,Dalam sehari, kata dia, perahu berukuran 20 GT bisa menangkap ikan Tongkol dan Cakalang dengan kisaran 100-200 kilogram per haru. Nelayan perahu ukuran menengah juga menangkap ikan jenis lain seperti Layur.
“Perahu besar kan melautnya minimal dua minggu,” ucapnya, 27 Juni 2019.
Nelayan tentu saja gembira dengan datangnya musim panen ikan. Namun, mereka juga risau. Mereka kesulitan menjual ikan yang ironisnya, justru salah satu komoditas perikanan unggulan nasional, ikan Cakalang.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Harga Ikan Cakalang Jatuh
Pasalnya, satu-satunya pabrik pengolahan Cakalang di Cilacap justru tak menerima ikan tangkapan nelayan Cilacap. Sarjono bilang, pabrik tersebut hanya menerima cakalang dari Surabaya dan Jakarta.
Dia menduga, sudah ada MoU antara pabrik pengalengan Cakalang dengan perusahaan-perusahaan besar di Jakarta atau Surabaya. Akibatnya, ikan Cakalang dari Cilacap justru tak bisa masuk ke pabrik tersebut.
“Di Cilacap pabrik pengolahan Cakalang juga ada, untuk pengalengan. Tetapi tidak menerima barang dari Cilacap,” ujarnya.
Nelayan memang tetap bisa memasarkan Cakalang ke pabrik di Jakarta dan Surabaya. Akan tetapi, lantaran berjarak jauh, oleh pengepul, ikan Cakalang dihargai lebih murah dari semestinya.
Terkini, ikan Cakalang di pabrik di Jakarta diterima dengan harga Rp 19.250 per kilogram untuk ukuran Cakalang satu kilogram ke atas. Adapun ukuran di bawah satu kilogram dihargai Rp 17 ribu per kiogram.
Namun, lantaran harus menanggung biaya transportasi dan pembekuan selama perjalanan, pengepul di Cilacap hanya menerima ikan dengan harga Rp 17 ribu per kilogram untuk ukuran di atas satu kilogram dan Rp 14 ribu untuk ukuran di bawah satu kilogram.
Sebab itu, ia mengusulkan agar pemerintah memfasilitasi pendirian pabrik pengolahan Cakalang di Cilacap. Namun, pabrik itu harus mau menerima Cakalang tangkapan nelayan Cilacap. Keberadaan pabrik lain akan menjamin ketiadaan monopoli harga. Imbasnya, nelayan bisa sejahtera.
“Kalau ada saingannya, kalau di sini didirikan di pabrik untuk pengalengan, namun yang bisa menerima cakalang dari Cilacap ya lebih bagus. Kalau ini kan kita masuk juga sulit,” dia menerangkan.
Advertisement