Liputan6.com, Samarinda - Namanya Agus Firman, mahasiswa Universitas Mulawarman asal Sukabumi, Jawa Barat. Kuliah jauh dari kampung halaman tentu butuh perjuangan lebih, apalagi berbeda pulau.
Di tengah Pandemi Covid-19 saat ini, Agus memilih tak pulang. Bersama enam rekannya yang lain, mereka memilih tetap berada di kontrakan di Jalan Pemuda 2, Samarinda.
“Kami sebenarnya ada 11 orang, lima lainnya sudah pulang ke kampung halaman, tapi kami tidak,” kata Agus saat ditemui di kontrakannya, Jumat (17/4/2020).
Advertisement
Baca Juga
Sejak memilih kuliah di Pulau Kalimantan, Agus memang berniat untuk mandiri. Dia pun bekerja sebagai pelayan sebuah restoran di Samarinda.
Sebulan terakhir, tempatnya bekerja tutup dan Agus harus dirumahkan tanpa gaji. Tak ada pemasukan sementara hidup tetap butuh makan.
“Persediaan makanan kami mulai menipis. Harus diirit sebisa mungkin,” katanya.
Zaeni Rahman, rekan Agus, juga memilih tak pulang kampung. Dia khawatir membawa virus itu ke kampung halamannya.
“Memang Samarinda dan Sukabumi belum disebut daerah terjangkit. Tapi selama perjalanan kita tidak tahu, apalagi rumah saya di sana cukup jauh dan memerlukan waktu untuk sampai,” katanya.
Zaeni masih beruntung. Kiriman orang tuanya masih rutin. Namun terus bertahan di Kota Samarinda membuatnya was-was.
“Kalau pandemi ini masih terjadi sampai sebulan ke depan, tentu kiriman uang bisa tak tentu,” katanya.
Zaini memang patut khawatir. Sebab orang tuanya berprofesi sebagai petani di Sukabumi. Hasil panen belum tentu bisa laku di pasaran saat orang tak banyak berbelanja mengantisipasi Covid-19 yang belum tahu kapan akan berakhir.
Simak juga video pilihan berikut
Berharap Perhatian Pemprov Jawa Barat
Agus dan Zaini bersama empat rekannya sesama perantauan tentu harus memutar otak. Selain memikirkan biaya hidup, mereka juga harus tetap membayar kontrakan secara rutin.
Sementara kuliah daring, tetap membutuhkan biaya untuk membeli paket data seluler. Dalam kondisi ini, meminta bantuan adalah solusinya.
“Kami berharap ada perhatian untuk mahasiswa asal Jawa Barat dari luar daerah yang kondisinya seperti ini,” kata Agus.
Tanpa sungkan dia meminta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk memperhatikan nasib mahasiswanya di luar daerah dalam menghadapi krisis selama pandemi Covid-19. Biaya hidup di luar Pulau Jawa tentu sangat tinggi.
“Total mahasiswa asal Jawa Barat yang kuliah di Samarinda itu kira-kira ada 60 orang, sebagian sudah pulang ke kampung halaman,” ujarnya.
Pemerintah Kota Samarinda sudah mengutus Camat Sungai Pinang untuk menyambangi kontrakan mahasiswa asal Jawa Barat ini. Sejumlah rencana bantuan akan disalurkan.
Tak hanya itu, Paguyuban Warga Sunda Samarinda juga sudah mendata mahasiswa asal Tatar Pasundan untuk memastikan tidak ada yang kekurangan makanan. Mereka akan membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Hari ini kita data untuk selanjutnya menjadi prioritas bantuan yang akan kita berikan. Jangan sampai ada yang kekurangan di tengah pandemi ini,” kata Wakil Ketua Paguyuban Warga Sunda Samarinda Ahmad Sopyan.
Advertisement