Berkah Kemarau Basah untuk Petani Jabar di Tengah Pandemi Covid-19

Variasi musim menunjukkan bahwa musim kemarau basah tahun 2020 yaitu sepanjang Mei-September diprediksi terjadi di Jawa Barat bagian utara yang menjadi sentra produksi pertanian

oleh Arie Nugraha diperbarui 23 Mei 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2020, 19:00 WIB
Petani padi yang menerapkan SRI Organik memilih benih sendiri dengan teknik kuno, “nglonggori”, yakni memilih bulir padi terbaik. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani padi yang menerapkan SRI Organik memilih benih sendiri dengan teknik kuno, “nglonggori”, yakni memilih bulir padi terbaik. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Bandung - Prediksi terjadinya kemarau basah selama tahun 2020 seharusnya dapat dimanfaatkan oleh para petani di Jawa Barat untuk memulai masa tanam padi. Hal ini dikatakan oleh peneliti iklim pada Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Erma Yulihastin.

Menurut Erma hasil kajian mengenai variasi musim menunjukkan bahwa musim kemarau basah tahun 2020 yaitu sepanjang Mei-September diprediksi terjadi di Jawa Barat bagian utara yang menjadi sentra produksi pertanian. Erma mencontohkan seperti di daerah Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon.

“Hasil prediksi menunjukkan daerah yang paling rentan adalah kawasan pesisir,” ujar Erma pada webinar Evaluasi PSBB dan Indirect Impact COVID-19 oleh LAPAN dengan MAPIN Jawa Barat ditulis Bandung, Rabu, 20 Mei 2020.

Adapun Jawa Barat bagian tengah diprediksi mengalami fase kering pada dasarian II dan III Juni, dasarian I dan II Juli, dasarian II-III Agustus dan dasarian I September. Sehingga musim kemarau di wilayah ini hanya terjadi sekitar empat dasarian atau empat puluh hari pada Juli-Agustus.

Erma menuturkan, otoritasnya menjalankan model iklim regional bernama Conformal-Cubic Atmospheric Model (CCAM) dan merata-ratakan dengan teknik ensemble dari 10 member. Hasilnya, prediksi probablistik menunjukkan bahwa peluang hujan turun dengan intensitas 100 milimeter per bulan di wilayah Jawa Barat mencapai lebih dari 85 persen.

“Hal ini mengindikasikan peluang hujan relatif masih tinggi selama musim kemarau Juni-Agustus,” Erma mengungkapkan.

Prediksi terjadinya kemarau basah tersebut dapat dimanfaatkan bagi para petani di Jawa Barat bagian utara untuk dapat memulai masa tanam padi pada akhir Juni (dasarian III). Sedangkan untuk wilayah Jawa Barat bagian tengah dapat memulai musim tanam padi pada awal September (dasarian I).

Pada dasarian III dan dasarian I itu, diprediksi surplus air maka petani bisa segera menanam padi. Dalam hal ketahanan pangan selama pandemi Erma menuturkan, kondisi kemarau basah ini dapat dimanfaatkan untuk mengatur strategi pertanian agar stok pangan dapat terjaga bahkan surplus.

"Di sisi lain kewaspadaan terhadap peluang terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan deras dan banjir, selama musim kemarau khususnya di wilayah pesisir utara Jawa Barat, juga perlu dilakukan dengan berbagai upaya mitigasi untuk memproteksi sentra pertanian di wilayah tersebut dari gagal panen," Erma menjelaskan.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut:

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya