Saatnya Warga dan Pengusaha di Riau Manfaatkan Energi Baru Terbarukan

Sejumlah pengusaha membentuk Perkumpulan Pengusaha Migas Energi Baru dan Terbarukan Nusantara untuk menciptakan produktivitas migas meningkat dan kondusif.

oleh M Syukur diperbarui 03 Nov 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2021, 21:00 WIB
Salah satu pembangkit tenaga biogas di Riau sebagai salah satu energi alternatif baru terbarukan.
Salah satu pembangkit tenaga biogas di Riau sebagai salah satu energi alternatif baru terbarukan. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Semangat nasionalisasi aset pertambangan minyak dan gas (migas) di Indonesia ternyata tak sebanding dengan produktivitas minyak fosil nasional. Masa emas ketika Indonesia mampu menyedot jutaan barel minyak mentah dari perut bumi tak akan pernah terulang.

Bahkan belakangan, impor minyak mentah ke Indonesia makin meningkat disaat perusahaan minyak yang dulunya dikuasai asing dikelola oleh Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina).

Hal ini terungkap dari diskusi yang dilakukan Perkumpulan Pengusaha Migas Energi Baru dan Terbarukan Nusantara (Permigastara) di Pekanbaru. Perkumpulan ini baru saja terbentuk dan pertama kali diperkenalkan di Pekanbaru, Riau.

Ketua Dewan Penasihat Permigastara Ivan Pandopatan Purba mencontohkan pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR) beberapa waktu lalu. Di satu sisi, Riau patut bangga karena minyaknya akan dikelola oleh negara dengan harapan dana bagi hasil Migas makin meningkat.

Namun di sisi lain, produktivitas minyak di daerah yang meliputi Rokan Hilir, Siak, Bengkalis dan Kota Dumai itu saat ini hanya 176 ribu barel per hari. Angka yang jauh dari masa keemasan karena blok ini pernah mencapai angka 1,5 juta barel per hari.

Menurut Ivan, PHR memang berencana meningkatkan produksi hingga 300 ribu per hari. Hanya saja butuh biaya besar mewujudkannya ditambah lagi kebutuhan sumber daya manusia memadai.

Tak hanya itu, peralihan pengelola di Blok Rokan juga membutuhkan masa transisi. Karyawan PT Chevron Pasifik Indonesia melebur ke PHR sehingga membutuhkan penyesuaian.

"Ada dua budaya, yaitu mantan karyawan PT Chevron yang biasa bekerja efisien dengan budaya Pertamina," kata Ivan, Selasa siang, 2 November 2021.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

Pusat Pendidikan Migas

Oleh karena itu, Ivan menyatakan di sanalah hadir Permigastara. Bagaimana transisi dan produksi minyak meningkat dengan sinergitas pemerintah daerah sebagai yang punya wilayah.

"Ini menjadi tantangan disaat kebutuhan energi dari migas meninggi dengan menurunnya produktivitas, Permigastara hadir bagaimana industri migas lebih kondusif," tegas Ivan.

Sementara terkait peningkatan sumber daya manusia, khususnya masyarakat tempatan dalam bidang migas, Ketua Umum Permigastara Peri Akri ingin ada pusat pendidikan migas di Riau. Daerah Duri, Kabupaten Bengkalis, jadi pilihan karena berada di tengah-tengah Blok Rokan.

Selama ini, teknologi dan pendidikan migas di Indonesia selalu berkiblat pada Blok Cepu. Peri ingin yang ada di Cepu ini "dihadirkan" di Duri sehingga masyarakat tempatan berperan besar dalam meningkatkan produktivitas migas.

"Ini sudah dikoordinasikan dengan Pertamina dan Cepu sehingga Riau bisa mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan secara layak," kata Peri.

Tak hanya migas dari fosil, kehadiran Permigastara juga akan lebih banyak dalam meningkatkan energi baru terbarukan. Sebut saja misalnya B-30, B-60 hingga B-100 yang sudah digalakkan pemerintah pusat.

Kans Energi Alternatif Riau

Saat ini, Riau punya kans besar karena ada 1,2 juta hektare lahan bermasalah akan diambil alih negara. Nantinya akan dikembalikan kepada masyarakat di Riau untuk mengelola.

"Di lahan itu sudah ada sawitnya, dikelola masyarakat dan ini mendukung pengembangan energi terbarukan, apalagi akan ada pabrik yang segera dibangun" kata Peri.

Dengan upaya ini, Permigastara bakal meningkatkan alokasi peran energi baru dan terbarukan yang saat ini baru 15 persen menjadi 30 persen. Visi dan misi Permigastara juga mendapatkan dukungan dari Istana.

"Kepala Staf Presiden Jenderal Purnawirawan Moeldoko meminta Permigastara tidak hanya soal migas tapi juga energi baru dan terbarukan," kata Peri.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Permigastara John Peiter Simanjuntak menyebut segera dibentuk 12 pengurus daerah di Riau untuk mewujudkan itu semua. Selanjutnya menyusul provinsi lain yang bersentuhan dengan produksi migas serta energi baru terbarukan.

John mengatakan, Permigastara beranggotakan pengusaha di bidang minyak. Pihaknya membuat peranan besar pengusaha lokal agar tidak hanya menjadi penonton di daerahnya.

"Jangan menjadi penonton di negeri sendiri, di sinilah kami hadir," kata John.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya