Rekrutmen Santri oleh TNI-Polri Bagian dari Mengembalikan Jati Diri Pesantren

Habib Syakur menganggap, semua santri layak untuk dididik dan dilatih oleh TNI-Polri. Namun, harus dipahami bahwa tidak mungkin TNI-Polri merekrut semua santri.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Des 2021, 22:12 WIB
Diterbitkan 12 Des 2021, 21:29 WIB
Ilustrasi – Santri Ponpes El Bayan dan sejumlah pesantren lainnya berselawat. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Santri Ponpes El Bayan dan sejumlah pesantren lainnya berselawat. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Bekasi - Wacana merekrut santri sebagai calon anggota TNI dan Polri, yang dipelopori KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, merupakan salah satu kebijakan strategis yang dinilai sangat tepat.

Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid menilai, rencana tersebut, selain mengikis fitnah-fitnah terhadap pesantren dan juga bagian dari mengembalikan jati diri pesantren sebagai salah satu pelopor perjuangan kemerdekaan.

"Semua niat baik TNI-Polri dalam merekrut santri, mendidik, melatih untuk meluluskan menjadi Perwira, Bintara, Tamtama, itu adalah untuk mengikis fitnah secara keji dan kejam yang ditujukan kepada pesantren oleh khalayak yang tidak mengetahui makna yang sebenarnya perjuangan pesantren. Konteksnya mengembalikan jati diri santri sebagai pejuang," kata Habib Syakur dalam dialog bertajuk 'TNI Siap Rekrut dari Kalangan Santri', Minggu (12/12/2021).

Habib Syakur menganggap, semua santri layak untuk dididik dan dilatih oleh TNI-Polri. Namun, harus dipahami bahwa tidak mungkin TNI-Polri merekrut semua santri.

Karena itu, menurut Habib Syakur, ada skala prioritas yang khusus, yaitu saat ini negara dalam hal ini TNI-Polri harus mengadakan pemantauan langsung siapa-siapa yabg bisa ikut pendidikan untuk Perwira, Bintara atau Tamtama. Tentu dengan koordinasi dan kemitraan strategis pesantren dan instansi terkait yang menaungi santri.

Bagi Habib Syakur, kelebihan para santri ini, salah satunya hampir semua bisa dikatakan Hafizul Quran. Hal ini mempunyai makna tersendiri. Nantinya, diharapkan saat mengenyam pendidikan TNI-Polri baik Bintara, Perwira atau Tamtama, mereka membuat aura positif dengan Hafizul Qurannya, dengan menanamkan makna Alquran dalam pendidikannya.

"Itulah sejatinya yang diharapkan, saling menerangi, saling diterangi kalbunnya," harap Habib Syakur.

Yang harus diwaspadai pemerintah, tegas Habib Syakur, ialah berkembangnya ajaran-ajaran radikalisme dan intoleran. Karenanya, santri yang menjadi personil TNI dan Polri mampu mengikis itu semua, dengan tetap menjaga nama baik pe­santren-pesantren.

"TNI-Polri merekrut santri itu saya memaknai positif sekali. Demi mengikis fitnah yang ditujukan terhadap pesantren. Pesantren telah difitnah bahwa pesantren ini adalah sarang radikalisme, padahal tidak semua pesantren demikian," ujarnya.

Sebagai informasi, TNI Angkatan Darat (AD) telah resmi membuka pendaftaran calon Tamtama Prajurit Karier (PK) tahun 2022. Rekrutmen ini khusus untuk santri dan lintas agama.

Sementara bagi Polri, sejak 2017 secara kon­sis­ten telah membuka rekrutmen anggo­ta Polri ber­sum­ber dari pesantren, hafiz Alqur­an, hingga siswa berprestasi aga­ma lain­nya.

Polri juga telah me­ne­rima rekrut­men Bin­tara Ber­kom­petensi Khu­sus (Bakomsus) aga­ma dari ber­bagai provinsi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya