Menengok Taman Nasional Tanjung Puting, Konservasi Orangutan Terbesar di Dunia

Tempat konservasi orangutan sekaligus destinasi wisata ini dikenal dengan sebutan 'The Last Orangutan Sanctuary'.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Nov 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2022, 06:00 WIB
Taman Nasional Tanjung Puting
Para petugas pemadam kebakaran di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah (Dok.Balai Taman Nasional Tanjung Puting)

Liputan6.com, Palangka Raya - Taman Nasional Tanjung Puting yang berada di Kalimantan Tengah merupakan tempat konservasi orangutan terbesar di dunia. Tercatat, populasi orangutan di lokasi ini mencapai 40.000 ekor.

Tempat konservasi orangutan sekaligus destinasi wisata ini dikenal dengan sebutan 'The Last Orangutan Sanctuary'. Pengunjung dapat mengabadikan fauna-fauna endemik sekaligus melihat secara langsung aktivitas orangutan di dalam hutan.

Tak hanya itu, pengunjung juga bisa melakukan kegiatan menanam pohon untuk penghijauan di taman nasional ini. Penanaman pohon ini bisa diikuti dengan hanya membayar Rp50.000 untuk mendapatkan satu bibit pohon.

Mengutip dari visitkotawaringinbarat.id, Taman Nasional Tanjung Puting merupakan rumah alami dengan populasi terbesar orangutan Kalimantan (pongo pygmaeus) yang dilindungi dan dijaga kelestariannya. Orangutan merupakan golongan kera besar yang hanya dapat ditemukan hidup liar di pulau Kalimantan dan Sumatra.

Secara ilmiah, satwa yang berbagi kesamaan DNA hampir 97 persen dengan manusia ini juga merupakan produk evolusi tertua di golongan kera besar dengan perkiraan usia 8 hingga 12 juta tahun. Si kera merah, salah satu julukannya, juga merupakan makhluk terbesar di dunia yang hidup di pepohonan (arboreal).

Mahaguru orangutan di dunia, Prof. Dr. Birute Mary Galdikas, menjuluki Taman Nasional Tanjung Puting dengan sebutan 'Ibukota Orangutan Dunia'. Tempat ini merupakan lokasi pertama kali ia memulai penelitiannya tentang orangutan, yakni pada 1971.

Galdikas bersama Jane Goodall dan mendiang Dian Fossey dikenal global sebagai 'The Trimates'. Mereka merupakan tiga wanita yang sama-sama dimentori oleh Dr. Louis Leakey, seseorang yang mendedikasikan hidupnya untuk studi dan konservasi kera-kera besar di dunia.

Bisa dikatakan bahwa Tanjung Puting merupakan bayangan dari Taman Firdaus di bumi. Pasalnya, semua makhluk dapat hidup bebas bersama secara harmonis dan segalanya telah dicukupkan oleh alam, seperti yang dituturkan Galdikas dalam bukunya 'The Reflection of Eden'.

Lebih lanjut, pada 1991, tepatnya pasca konferensi kera besar dunia yang diselenggarakan di Indonesia, Galdikas menginisiasi lahirnya kegiatan ekowisata bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar wilayah Taman Nasional ini. Tujuannya untuk menjadikannya sebagai salah satu mata pencaharian alternatif, dibandingkan melakukan illegal logging atau penambangan liar.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan ekowisata di Taman Nasional Tanjung Puting pun semakin populer dan terus berkembang. Bergesernya tren pola kunjungan wisatawan dunia yang semakin meminati kunjungan bertema alam, lingkungan, kegiatan sosial, dan minat khusus, juga turut menjadi andil dalam meningkatnya popularitas Taman Nasional Tanjung Puting ini.

Tercatat, kunjungan beberapa tokoh dunia, seperti aktris Julia Roberts (1997), penulis tersohor Sir Terry Pratchet (2012), pejabat-pejabat pemerintahan mancanegara, hingga Presiden Amerika Serikat ke-41 Bill Clinton (2014) menjadi media kampanye efektif promosi Tanjung Puting kepada publik internasional. Tanjung Puting juga telah meraih penghargaan Medali Perak pada gelaran Indonesia Sustainable Tourism Awards (ISTA) 2018.

(Resla Aknaita Chak)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya