3 Makam Keramat di Cirebon yang Selalu Ramai Didatangi Peziarah

Keberadaan kompleks pemakaman tokoh sentral di Cirebon juga berpotensi dikunjungi dalam sebuah perjalanan wisata religi.

oleh Panji Prayitno diperbarui 02 Des 2022, 16:59 WIB
Diterbitkan 02 Des 2022, 01:00 WIB
3 Makam Keramat di Cirebon Selalu Ramai Didatangi Peziarah
Peziarah berdoa saat berziarah ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat, Kamis (31/3/2022). Makam Sultan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati merupakan salah satu lokasi yang ramai didatangi para peziarah sebagai tradisi jelang bulan suci Ramadhan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Cirebon - Cirebon tak hanya diwariskan sejumlah peninggalan sejarah dan budaya yang menarik wisatawan. Keberadaan kompleks pemakaman tokoh sentral di Cirebon juga berpotensi dikunjungi dalam sebuah perjalanan wisata religi.

Diketahui, Cirebon merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra penyebaran Islam oleh Wali Sanga. Keberadaan para tokoh Islam tanah Jawa itu banyak meninggalkan sejarah yang dibuktikan dengan peninggalan makam para wali.

Cirebon memiliki banyak situs makam wali dan leluhur sebagai pendiri. Bahkan, hingga saat ini, makam leluhur atau tokoh sentral Cirebon dikunjungi banyak peziarah.

Makam Sunan Gunungjati

Makam yang terletak di kompleks pemakaman Sunan Gunungjati menjadi wisata religi yang dikunjungi banyak pendatang dari dalam maupun Kota Cirebon.

Kompleks makam Sunan Gunungjati tidak pernah sepi dari para peziarah. Makam salah seorang Walisongo ini dijadikan makam yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar.

Selain berziarah, mereka juga melakukan ritual-ritual tradisional yang diperingati pada waktu-waktu tertentu.

Ritual lempar koin di pintu besar makam sunan Gunungjati sudah menjadi tradisi bila mengunjungi petilasan makam Sunan Gunungjati.

Tak hanya melempar koin, tidak sedikit para pengunjung meminta air dan mengusapkan air yang mengalir di sekitaran pusaran makam tersebut yang diyakini membawa barokah.

 

**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:

1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Plangon dan 2 Makam Sakral

Wisata Plangon yang terdapat di Desa Babakan Kecamatan Sumber terdapat dua makam tua. Diketahui makam tersebut milik Syekh Abdurakhman atau disebut juga Pangeran Panjunan dan Syekh Abdurakhim atau Pangeran Kejaksan.

Konon diyakini jumlah monyet pada hutan tersebut tidak berkurang atau bertambah tiap tahunnya, yaitu berjumlah 99 ekor monyet.

Menurut juru kunci Plangon terdapat sedikitnya 6 kerajaan monyet yang masing-masing diketuai oleh sang jawara monyet.

Ia juga mengatakan setiap 1 Muharam atau pada hari hari tertentu monyet tidak berkeliaran seperti biasanya, melainkan hanya berdiam diri di atas pohon.

Meski dihuni oleh puluhan monyet yang berkeliaran, monyet yang berada di kawasan tersebut cukup jinak dan ramah terhadap manusia.

Makam Kramat Mbah Kuwu Sangkan

Seperti namanya, Makam Keramat Talun terletak di Cirebon bagian Timur, Talun Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Makam keramat ini kerap dibanjiri peziarah dari berbagai penjuru nusantara. Biasanya banyak peziarah datang ke makam Keramat Talun saat malam Jumat Kliwon atau pada momen tahunan seperti malam 1 Suro (1 Muharam).

Makam ini dipercaya pada sebagian orang tentang kesakralannya. Memberikan barokah tersendiri bagi mereka yang berziarah di makam tersebut.

Sosok Mbah Kuwu Sangkan ini adalah seorang pendiri Cirebon dan membangun Cirebon dari sisi ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hingga agama khususnya Islam. Hal tersebut diungkapkan oleh Hariri seorang sejarawan dari Kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan.

"Mbah Kuwu Sangkan merupakan anak dari Prabu Siliwangi IX dan Nyi Subang Larang. Namanya saat di Kerajaan Pajajaran adalah Pangeran Walangsungsang. Dalam memperdalam ilmu agama Islamnya, Pangeran Walangsungsang ini keluar dari Istana Pajajaran, berkelana dan akhirnya menetap di Cirebon," tuturnya.

Saudara kandung dari Nyi Mas Rara Santang dan Raden Kian Santang tersebut menikah dengan Nyi Endang Geulis yang merupakan putri dari gurunya yaitu Danuwarsih.

Kemudian memiliki putri yang bernama Nyi Mas Pakungwati yang kemudian dinikahkan oleh Syarif Hidayatullah atau yang biasa dikenal dengan Sunan Gunungjati.

 

Penulis: Nela qurrotu'ain

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya