Misteri Kematian Satwa di Taman Nasional Bonebol

Mulai dari tepi sungai, rawa, dan ada juga satwa yang ditemukan mati di dalam hutan. Berdasarkan temuan tersebut, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Balai TNBNW menurunkan tim untuk mencari penyebab kematian satwa liar itu.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 08 Sep 2023, 01:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2023, 01:00 WIB
Satwa Taman Nasional Bone Bolango
drh. Feny Reny Rimporok saat melakukan pemeriksaan satwa di Hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Misteri kematian satwa di hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo hingga kini belum terpecahkan. Bangkai satwa yang terdiri dari babi hutan, anoa, dan monyet ini, ditemukan di beberapa tempat yang berbeda.

Mulai dari tepi sungai, rawa, dan ada juga satwa yang ditemukan mati di dalam hutan. Berdasarkan temuan tersebut, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Balai TNBNW menurunkan tim untuk mencari penyebab kematian satwa liar itu.

Menurut Bagus Tri Nugroho, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional I Balai TNBNW mengatakan, bahwa isu kematian satwa tersebut sudah ada sejak pertengahan Agustus. Namun, dirinya mengklaim jika satwa yang mati itu tidak banyak.

Menurutnya, jika kematian satwa dalam jumlah yang banyak itu, belum bisa dipastikan. Sebab, tidak ada data dan narasumber yang valid soal berapa jumlah satwa yang ditemukan mati.

"Informasi kematian satwa ini belum jelas, bahkan narasumber yang ditemui sering berubah-ubah keterangan," kata Bagus Tri Nugroho.

Meski begitu informasi penemuan bangkai satwa ini sudah beredar luas di media massa. Bangkai satwa yang dilindungi ini pertama kali ditemukan oleh sekelompok warga desa di Kecamatan Pinogu. Kala itu, mereka berencana mencari ikan di hulu sungai yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Lokasi sungai yang berada tepat di pinggiran hutan TNBNW, memaksa mereka datang ke hulu sungai dengan memilih melewati belantara hutan. Tujuan mereka kala itu adalah hulu Sungai Tolinggapoto.

Beberapa saat berjalan, sekelompok warga tersebut memilih beristirahat di tengah hutan. Sebab, perjalanan mereka kala itu sudah sekitar 19 kilometer dan beberapa saat lagi mereka akan sampai di lokasi sungai yang dituju.

Tidak lama beristirahat, tiba-tiba bau busuk menyengat tercium dari kejauhan. Lantas bau busuk itu membuat sekelompok warga merasa tidak nyaman saat beristirahat.

Merasa terganggu dengan aroma busuk itu, mereka kemudian menjauh dan mencari tempat lain untuk beristirahat. Ternyata, tak lama berselang pindah, bau busuk tersebut juga ditemukan lagi di tempat kedua.

Akhirnya, mereka tidak melanjutkan perjalanan ke hulu sungai karena sudah memiliki firasat buruk. Dengan rasa penasaran, mereka kemudian memutuskan untuk mencari sumber bau bangkai itu.

Alhasil, beberapa bangkai babi hutan, kera, dan anoa tergeletak di sekitar sungai. Tidak di tepi sungai, melainkan juga jauh ke dalam hutan banyak ditemukan bangkai satwa tersebut.

Menemukan keanehan itu, mereka kembali ke kampung dengan diliputi rasa kebingungan dan takut. Musabab, baru kali itu mereka menemukan satwa liar di dalam hutan mati dalam jumlah yang banyak.

Sementara itu, drh Feny Reny Rimporok, Medik Veteriner Ahli Madya Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, yang ikut mengidentifikasi kematian satwa tersebut mengaku, hanya menemukan dua bangkai satwa liar. Satwa tersebut adalah babi hutan dan langsung diambil sampel.

"Kami langsung mengambil sampel dari beberapa satwa. Selanjutnya, sampel sudah kami serahkan ke laboratorium dan masih menunggu hasilnya," imbuhnya.

"Saya identifikasi hanya ada dua bangkai satwa, besoknya tim dari polisi hutan mendapat 3 bangkai lagi," ia menandaskan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya