Kumpulan Puisi Sumpah Pemuda Karya Penyair Terkenal, Yuk Simak!

Masyarakat Indonesia beberapa hari lagi akan menyambut Hari Sumpah Pemuda. Adapun salah satu cara merayakannya bisa dengan membacakan puisi dengan tema Sumpah Pemuda.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 12 Mar 2024, 13:40 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2023, 16:11 WIB
Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober
Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Bandung - Masyarakat tinggal menghitung hari untuk merayakan Hari Sumpah Pemuda. Peringatan tersebut jatuh pada 28 Oktober setiap tahunnya.

Hari Sumpah Pemuda merupakan peringatan yang sering digelar di Indonesia untuk menjadi pengingat bagi para pemuda dan pemudi di Indonesia. Khususnya untuk para pemuda bisa jauh lebih bangga dan cinta kepada Tanah Air-nya.

Adapun pada peringatan tahun ini perayaan Hari Sumpah Pemuda mempunyai tema "Bersama Memajukan Indonesia". Tema tersebut diketahui mengandung tiga makna yang mempunyai arti.

Pertama, untuk membangun semangat kolaborasi dari semua elemen bangsa dalam memajukan Indonesia. Kedua, memantapkan kerja bersama dalam satu orkestrasi gerak langkah melalui rangkaian peringatannya sehingga tercipta pemuda maju.

Ketiga, meraih peningkatan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) melalui kerja sama lintas kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah. Perlu diketahui tema ini tertuang dalam Surat Keterangan No. PP.00/10.19.1/MENPORA/X/2023.

Kita juga harus mengetahui jika Sumpah Pemuda dikenal sebagai momentum penting bagi para pemuda Indonesia. Karena berkat Sumpah Pemuda Indonesia yang majemuk dapat mempunyai rasa persatuan serta kesatuan.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda lahir berdasarkan dari hasil rapat para pemuda pada Kongres Pemuda Kedua yang digelar 28 Oktober 1928. Adapun tahun ini Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-95 tahun.

Masyarakat Indonesia khususnya para pemuda bisa merayakan Hari Sumpah Pemuda dengan berbagai macam kegiatan. Salah satunya bisa dengan membacakan puisi yang cocok dengan Hari Sumpah Pemuda.

Kumpulan Puisi Sumpah Pemuda Karya Penyair Terkenal

Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober
Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober. (Photo on Freepik)

Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, masyarakat bisa merayakannya dengan membacakan puisi. Berikut ini adalah puisi Sumpah Pemuda dari penyair terkenal seperti WS Rendra hingga Chairil Anwar:

1. Puisi Karya W.S Rendra - “Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang”

Tuhanku,

WajahMU membayang di kota terbakar

dan firmanMu terguris di atas ribuan

kuburan yang dangkal

 

Anak menangis kehilangan bapa

Tanah sepi kehilangan lelakinya

Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini

tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

 

Apabila malam turun nanti

sempurnalah sudah warna dosa

dan mesiu kembali lagi bicara

Waktu itu, Tuhanku,

perkenankan aku membunuh

perkenankan aku menusukkan sangkurku

 

Malam dan wajahku

adalah satu warna

Dosa dan nafasku

 adalah satu udara.

Tak ada lagi pilihan

kecuali menyadari

biarpun bersama penyesalan

 

Apa yang bisa diucapkan

oleh bibirku yang terjajah?

Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai

mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku

 

Erat-erat kugenggam senapanku

Perkenankan aku membunuh

Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Mimbar Indonesia

18 Juni 1960

2. Puisi Karya Chairil Anwar - “Merdeka”

Aku mau bebas dari segala

Merdeka

Juga dari Ida

Pernah

Aku percaya pada sumpah dan cinta

Menjadi sumsum dan darah

Seharian kukunyah kumamah

Sedang meradang

Segala kurenggut

Ikut bayang

Tapi kini

Hidupku terlalu tenang

Selama tidak antara badai

Kalah menang

Ah! Jiwa yang menggapai-gapai

Mengapa kalau beranjak dari sini

Kucoba dalam mati

Puisi Berikutnya

Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober
Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober. (Photo Copyright by Freepik)

3. Puisi Karya Chairil Anwar - “Diponegoro”

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

 

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati

 

4. Puisi Karya Taufiq Ismail - “Kalian Cetak Kami Jadi Bangsa Pengemis, Lalu Kalian Paksa Kami Masuk Penjajahan Baru, Kata Si Toni”

Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri

Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan

Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami

 

Sejak lahir sampai dewasa ini

Jadi sangat terpergantung pada budaya

Meminjam uang ke mancanegara

Sudah satu keturunan jangka waktunya

Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula

 

Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni

Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi

Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini

Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi

Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia

Kita gadaikan sikap bersahaja kita

 

Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta

Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka

Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita

Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia

Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama

Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia

Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi

 

Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri

Sambil kepala kita dimakan begini

Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti

Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi

Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni

Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama

Menggigit dan mengunyah teratur berirama

 

Lanjutan Puisi Karya Taufiq Ismail - “Kalian Cetak Kami Jadi Bangsa Pengemis, Lalu Kalian Paksa Kami Masuk Penjajahan Baru, Kata Si Toni”

Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi

Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini

Bagai ikan kekurangan air dan zat asam

Beratus juta kita menggelepar menggelinjang

Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang

Kita menjebakkan diri ke dalam kerangkeng budaya

Meminjam kepeng ke mancanegara

 

Dari membuat peniti dua senti

Sampai membangun kilang gas bumi

Dibenarkan serangkai teori penuh sofistikasi

Kalian memberi contoh hidup boros berasa gengsi

Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri

 

Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistis

Kalian cetak kami jadi Bangsa Pengemis

Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa

Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa

 

Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya

Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami

Kalian lah yang membuat kami jadi begini

Sepatutnya kalian akmi giring ke lapangan sepi

Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya