Deretan Kuliner Khas Betawi yang Menyimpan Nilai Tradisi dan Akulturasi

Tak bisa dipungkiri, kuliner menjadi salah satu jendela budaya yang mencerminkan kekayaan tradisi dan nilai-nilai luhur masyarakat.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Jul 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2024, 17:00 WIB
Kerak Telor
Kerak Telor kuliner Betawi (dok. Putri Astrian Surahman/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap daerah di Indonesia memiliki kuliner khas dengan keunikannya masing-masing, tak terkecuali Jakarta dengan kuliner khas Betawinya. Beberapa kuliner Betawi ternyata menyimpan nilai tradisi dan akulturasi tersendiri.

Tak bisa dipungkiri, kuliner menjadi salah satu jendela budaya yang mencerminkan kekayaan tradisi dan nilai-nilai luhur masyarakat. Mengutip dari senibudayabetawi.com, berikut deretan kuliner khas Betawi yang menyimpan nilai tradisi dan akulturasi:

1. Kerak Telor

Kerak telor merupakan jajanan tradisional yang terbuat dari telur, beras ketan, kelapa, dan ebi. Kuliner ini merepresentasikan kesederhanaan dan kecerdikan masyarakat Betawi dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar mereka.

Meski sekadar jajanan, tetapi kuliner ini cukup mengenyangkan. Kerak telor juga kerap disebut sebagai omelette Betawi karena bentuknya yang mirip telur dadar.

Konon, kerak telor merupakan kreasi para etnis Betawi kota yang bermukim di kawasan Menteng. Kuliner ini hadir selama masa penjajahan VOC di Indonesia.

Lahirnya kerak telor juga diadaptasi dari kebiasaan orang Belanda yang terbiasa mengonsumsi omelette mi. Mereka ingin mengonsumsi makanan yang lebih sehat, sehingga masyarakat Betawi Menteng pun berinisiatif mengganti mi dengan beras ketan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Nasi Ulam

2. Nasi Ulam

Nasi ulam merupakan produk kuliner hasil persilangan beberapa budaya. Nama nasi ulam berasal bahasa Betawi, ulam, yang digunakan untuk menyebut serundeng dari kelapa parut yang diaduk dengan nasi putih panas.

Sesuai namanya, nasi ulam merupakan nasi putih yang ditaburi serundeng dan kacang. Kreasi tersebut datang dari pengaruh budaya India.

Nasi ulam juga kerap dihidangkan dengan semur yang merupakan pengaruh kuliner dari Belanda. Adapun pelengkap perkedel yang merupakan versi lokal dari frikadeller merupakan kuliner dari Belanda. Bedanya perkedel berbahan dasar kentang, sedangkan frikadeller berbahan dasar daging.

Pengaruh budaya lain juga terlibat dari makanan pelengkap nasi ulam lainnya, yakni bihun goreng dan dendeng manis. Makanan tersebut mendapat pengaruh budaya Tionghoa.

3. Soto Betawi

Hidangan berkuah santan, soto Betawi, konon melambangkan semangat persaudaraan dan gotong royong. Hal ini lantaran cara penyajiannya yang umumnya disajikan dalam porsi besar untuk dinikmati bersama keluarga dan tetangga.

Soto Betawi berisi daging sapi, jeroan, dan kentang yang dimasak dengan rempah-rempah khas. Masih dari sumber yang sama, dalam 'The Spice Route from Arabic, Europe and China to Jayakarta toward Batavian Cuisine' disebutkan bahwa soto Betawi berasal dari Tiongkok.

Saat itu, Jakarta yang masih bernama Batavia merupakan pusat perdagangan masyarakat dari berbagai etnis, termasuk Tionghoa. Saat itu, China telah memiliki kuliner sejenis soto yang disebut chaudo.

Tak hanya dari budaya Tionghoa, soto Betawi juga mendapat pengaruh lain dari budaya Arab dan India. Hal itu ditandai dengan penggunaan ghee atau minyak ghee dalam soto Betawi. Konon, hal itu melambangkan keharmonisan yang kokoh dalam masyarakat Betawi.

 

Penulis: Resla

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya