Mencari Jejak Alien 'Makhluk Cahaya dari Ujung Timur Jawa' lewat Eksplorasi Pementasan Barong 

Kemunculan sosok Barong sebagai sebuah entitas yang sering disebut sebagai makhluk jelmaan, bahkan ada yang mengatakan Barong ini datang dari dimensi yang lain. Apakah benar demikian? Dan apakah entitas ajaib ini adalah alien?

oleh Tim Regional diperbarui 12 Okt 2024, 10:56 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2024, 10:50 WIB
Barong
Sebuah laboratorium alam terbuka bernama ‘Pesinauan Sekolah Adat Osing’ yang terletak di desa Olehsari, Kecamatan Glagah, kabupaten Banyuwangi ini sedang mempersiapkan sebuah pentas Barong dalam Festival Budaya Panji 2024. Karya pementasan yang akan dimainkan oleh 12 anak muda ini diberi judul “Uwe – Cahaya Angkasa” yang mengambil inspirasi dari nama Barong Kemiren yakni “Sunar Udara”.

Liputan6.com, Banyuwangi - Legenda budaya adat bernama Barong Kemiren, dari daerah Banyuwangi sampai saat ini masih sangat terawat dan terpelihara dengan baik oleh para pendukung, pewaris, dan masyarakat setempat. Barong adalah satu dari sekian banyak jejak cerita leluhur yang sampai saat ini masih sangat aktif dipagelarkan dan dilestarikan baik bentuk maupun corak penyajiannya. 

Kemunculan sosok Barong sebagai sebuah entitas yang sering disebut sebagai makhluk jelmaan, bahkan ada yang mengatakan Barong ini datang dari dimensi yang lain. Apakah benar demikian? Dan apakah entitas ajaib ini adalah alien? 

Sebuah laboratorium alam terbuka bernama ‘Pesinauan Sekolah Adat Osing’ yang terletak di desa Olehsari, Kecamatan Glagah, kabupaten Banyuwangi ini sedang mempersiapkan sebuah pentas Barong dalam Festival Budaya Panji 2024. Karya pementasan yang akan dimainkan oleh 12 anak muda ini diberi judul “Uwe – Cahaya Angkasa” yang mengambil inspirasi dari nama Barong Kemiren yakni “Sunar Udara”.

Festival Budaya Panji 2024 yang akan diikuti oleh 10 komunitas adat dan atau sanggar terpilih dari berbagai daerah di Indonesia ini akan dipusatkan dan diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta pada 22 sampai 24 Oktober 2024 mendatang.

Pesinauan Sekolah Adat Osing pimpinan Slamet “Samsul” Diharjo adalah salah satu peserta penampil yang akan membawakan Lakon Barong Kemiren dengan menampilkan lima babak, yakni : Barong Sunar Udara, Paman Tambur Layar Kemodi, Jim Prayangan, Panji Sumirah, dan Garuda Sawung Alit. Pementasan ini dikemas dalam durasi 25 menit dengan penampil peran serta pemusik yang telah mengeksplorasi dan berlatih selama dua bulan menuju hari pementasan. 

Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) Venzha Christ yang ditunjuk sebagai seniman pendamping untuk Pesinauan Sekolah Adat Osing ini mengatakan ada sisi mistis dan juga saintifik di sisi lain dari sejarah Barong ini. Dari berbagai referensi cerita baik yang diturunkan maupun dari berbagai imajinasi pewarisnya, Barong sering kali digambarkan sebagai makhluk aneh yang bisa terbang, sangat kuat, sakti, serta dijadikan sebagai pelindung. 

Dalam tradisi yang berasal dari Bali misalnya, Barong juga digambarkan sebagai simbol kesehatan dan keberuntungan. Berbagai pemaknaan dan peruntukkan inilah yang menjadikan kesenian Barong menjadi sangat menarik untuk ditelusuri sejarah maupun asal-usulnya. 

"Kita ketahui bersama bahwa sejarah awal wilayah Banyuwangi sebagai sebuah rimba yang sangat lebat dan luas, dihuni oleh beragam entitas dan makhluk yang kemudian dikenal sebagai penjaga manusia dari serangan dan peperangan." ujarnya. 

Venzha Christ menambahkan, Barong juga melambangkan sebuah energi baik, energi yang menumbuhkan keberanian dalam sebuah laga dan peperangan. Simbol inilah yang kemudian digunakan dalam fragmen lakon Barong dengan judul “Uwe – Cahaya Angkasa” ini. 

 

Barong Kemiren

Cerita yang melatarbelangi adalah sebuah pemukiman bagi manusia yang akan dibuka, yang dikepung hutan lebat tergambar dalam kisah Jaripah dalam lakon Barong Kemiren ini. Jaripah adalah perempuan cantik jelita yang hidup di tengah rimba bersama Barong yang bernama “Sunar Udara”. 

Dalam pementasan kali ini nama Sunar Udara bisa dimaknai sebagai “Cahaya Angkasa”, sosok makhluk adikodrati berkepala kala dan bertubuh campuran (hybrid) antara singa dan harimau yang mempunyai 4 (empat) sayap membentang lebar. Keberadaan Sunar Udara ini juga yang akan menjaga sebuah peradaban manusia dari serangan energi jahat. 

Venzha Christ juga mengatakan, imajinasi tentang asal muasal Barong juga membawa  ke dalam sebuah medan saintifik, apa yang menjadikan terciptanya makhluk hybrid ini. Banyak karakter dan bentuk entitas yang kita jumpai hampir di semua peningggalan leluhur Nusantara tentang keberadaan serta kemunculan sosok makhluk hybrid. 

Misteri Barong ini hanya satu dari sekian banyak artefak dan bukti arkeologis makhluk hybrid yang ada di Nusantara. Dalam pementasan “Uwe – Cahaya Angkasa” ini imajinasi itu hadir dalam penokohan dan kedigdayaan sosok Barong yang digambarkan berasal dari cahaya, hadir dalam semesta yang lain, dan membuka pemikiran baru (kemungkinan) berasal dari luar tata surya.

Barong yang digambarkan memiliki 4 sayap ini juga dituturkan sebagai entitas yang sudah melintas galaksi dan (juga) antar dimensi. Keberadaan serta asal-usul Barong ini memang sangat sulit dicari referensinya. 

Ada beragam cerita yang diturunkan dan dipercaya oleh masing-masing pendukungnya. Di Banyuwangi ada anggapan bahwa Barong ini adalah Makhluk Cahaya yang datang dari langit, dan apakah ini berarti Barong berasal dari luar Planet Bumi? 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya