Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatatkan untung hingga September 2015 tapi ternyata belum dapat melambungkan harga sahamnya.
Meski demikian, musim liburan di akhir tahun diharapkan dapat membuat kinerja perseroan stabil sehingga berdampak terhadap harga sahamnya.
PT Garuda Indonesia Tbk mencetak untung US$ 50,12 juta hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya rugi US$ 222,30 juta. Pendapatan naik menjadi US$ 2,84 miliar hingga September 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,83 miliar.
Advertisement
Analis PT KDB Daewoo Securities Franky Rivan menuturkan pemulihan kinerja perseroan didukung oleh merosotnya harga minyak. Biaya bahan bakar berkontribusi 29 persen terhadap biaya operasional pada kuartal III 2015. Angka ini turun 34,4 persen Year on Year (YoY).
Baca Juga
"Bila harga bahan bakar minyak jet tidak jatuh sebanyak itu, maka perseroan akan sulit membuahkan keuntungan lantaran pendapatan turun 0,5 persen kuartal per kuartal. Apabila mengecualikan pendapatan haji pada kuartal III 2015," ujar Franky.
Franky menuturkan pemulihan kinerja perseroan didukung dari harga minyak yang merosot. Biaya bahan bakar berkontribusi 29 persen kepada biaya operasional pada kuartal III 2015. Angka ini turun 34,4 persen Year on Year (YoY).
Meski perseroan mampu mencetak untung, Franky Rivan menilai harga saham PT Garuda Indonesia Tbk kurang selaras dengan kinerja perseroan. Saham PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan level tertinggi Rp 435 pada 5 Agustus 2015 dan terus tertekan, sehingga menyentuh level Rp 316 per saham pada 8 Desember 2015.
Franky menilai musim liburan dan kembalinya jemaah haji di kuartal IV 2015 akan mendongkrak kinerja perseroan pada kuartal IV 2015. Apalagi melihat 4 tahun terakhir, perseroan membukukan pendapatan baik pada kuartal IV 2015 dengan rata-rata kenaikan 15 persen kuartal per kuartal (QoQ). Selain itu, kedatangan turis asing pada Oktober melonjak 2,3 persen dan 2,1 persen secara YoY.
Ekspansi Dukung Kinerja Garuda Indonesia
Ekspansi Dukung Kinerja Garuda Indonesia
Analis PT BNI Securities, Thennesia Debora juga optimistis terhadap kinerja PT Garuda Indonesia Tbk ke depan. Hal itu dilakukan seiring perbaikan kinerja yang terus dilakukan oleh manajemen.
Perseroan juga terus ekspansi pada tahun depan dengan menambah pesawat. Rencananya ada 23 pesawat baru untuk meningkatkan pendapatan dari penerbangan haji, umrah, dan carter.
Selain itu, perseroan juga menambah frekuensi di rute-rute penerbangan jarak menengah dengan tujuan Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Tingkat keterisian tujuan penerbangan itu mencapai 80 persen.
Untuk merealisasikan ekspansi itu, perseroan menyiapkan dana US$ 500 juta pada tahun depan. Komposisi penggunaan dana itu untuk PT Garuda Indonesia Tbk sebesar US$ 160 juta dan sisanya untuk anak usaha, yaitu PT Citilink Indonesia, PT GMF AeroAsia, PT Gapura Angkasa, dan PT Aerowisata. Sumber pendanaan akan berasal dari kas internal dan eksternal.
Akan tetapi, Thennesia menilai perlambatan ekonomi dan depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih membayangi kinerja perseroan ke depan. Pada semester I 2015, perseroan tercatat sebagai salah 1 dari 5 BUMN yang memiliki utang dolar AS terbesar, yakni 90 persen terhadap total utang perseroan.
Dengan melihat kondisi itu, Thennesia merekomendasikan untuk membeli saham PT Garuda Indonesia Tbk pada 2016. Namun, pihaknya menurunkan proyek target harga dari Rp 600 menjadi Rp 425 per saham.
Sedangkan Franky menilai valuasi saham PT Garuda Indonesia masih cukup menarik melihat saham PT Garuda Indonesia Tbk diperdagangkan di 0,6 kali price book value.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 8 Desember 2015, saham PT Garuda Indonesia Tbk menguat 3,6 persen menjadi Rp 316 per saham dari penutupan perdagangan saham 7 Desember 2015 sebesar Rp 305 per saham. (Ahm/Igw)**
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement