Bursa Asia Menguat Jelang Pelaksanaan Pilpres AS

Bursa Asia menguat salah satunya terdorong pernyataan FBI yang kembali membersihkan nama calon Presiden Demokrat Hillary Clinton.

oleh Nurmayanti diperbarui 08 Nov 2016, 08:41 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2016, 08:41 WIB
Bursa Asia menguat salah satunya terdorong pernyataan FBI yang kembali membersihkan nama calon Presiden Demokrat Hillary Clinton.
Bursa Asia menguat salah satunya terdorong pernyataan FBI yang kembali membersihkan nama calon Presiden Demokrat Hillary Clinton.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menguat mengekor Wall Street, menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat yang berlangsung pada Selasa 8 November waktu setempat.

Melansir laman CNBC,  Selasa (8/11/2016), indeks Australia ASX 200 naik 0,3 persen dengan pendorong terkuat subindex dari sektor energi, yang naik 1,45 persen.

Sementara indeks Jepang Nikkei dibuka menguat 0,26 persen. Dan indeks Korea Selatan Kospi dibuka 0,28 persen lebih tinggi.

Bursa Asia menguat salah satunya terdorong pernyataan Biro Investigasi Federal (FBI) yang kembali membersihkan nama calon Presiden Demokrat Hillary Clinton terkait masalah penggunaan email pribadi. Pernyataan FBI ini  turut mendorong pasar saham global ditutup menguat.

"Pasar sedang memberitahu Anda bahwa mereka merasa Clinton memiliki peluang dan terlihat bergerak kuat. Kita melihat Demokrat kembali menguasai Senat dan Partai Republik mempertahankan Dewan, meskipun peluang masih dalam proposisi 50/50," ujar Chris Weston, Kepala Strategi Pasar di IG, dalam catatannya.

Sebelumnya, indeks Dow Jones Industrial Average naik 2,08 persen ditutup ke posisi 18.259,6. Indeks S&P 500 berakhir 2,37 persen menjadi 2.131,52 poin, dipimpin kenaikan perawatan kesehatan. Indeks komposit Nasdaq naik 2,37 persen menjadi 5,166.17.

Di sisi lain, saham Samsung Electronics naik 0,43 persen mencapai 1.647.000 won, setelah muncul kabar bahwa Jaksa Korea Selatan menggerebek kantor perusahaan raksasa elektronik tersebut pada Selasa pagi. Ini merupakan bagian dari penyelidikan yang melibatkan Presiden Park Geun-hye.

Sementara itu, kondisi kampanye pemilu AS juga mempengaruhi aset safe haven, dengan harga emas yang susut. Harga emas tergelincir ke US$ 1.281,62 per ounce, dari posisinya di US$ 1.304 pada minggu lalu.

Sedangkan harga minyak berjangka AS bergerak datar selama perdagangan di Asia, setelah menetap di posisi US$ 44,89 per barel pada Senin di AS. Sementara Brent ditutup naik 1,3 persen menjadi US$ 46,15 per barel.

Adapun nilai tukar Yen melemah dari level 103 pada perdagangan pekan lalu ke 104,52 terhadap dolar.

Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya, diperdagangkan pada posisi 97,781, memperpanjang kenaikan selama dua hari berturut-turut.(Nrm/Gdn)


Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya