Transaksi Saham di Awal Tahun Masih Lesu

Rata-rata transaksi harian saham kurang menggembirakan pada awal pekan 2017.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 11 Jan 2017, 16:36 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2017, 16:36 WIB
20161114-Perdagangan-Saham-Jakarta-AY
Pergerakan saham terlihat di sebuah monitor, Jakarta, Senin (14/11).Tekanan IHSG tersebut juga didorong saham-saham berkapitalisasi besar yang merosot. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Rata-rata transaksi harian saham kurang menggembirakan pada awal pekan 2017. Pasalnya, para investor belum benar-benar aktif kembali untuk transaksi saham.

Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat mengatakan, per hari ini rata-rata transaksi harian saham di BEI sekitar Rp 5,25 triliun. Pada tahun 2016, transaksi harian saham mencapai Rp 7,49 triliun. Samsul mengakui, transaksi saham pada tahun lalu juga ditopang aksi crossing saham.

"Kalau bandingkan 2016, kalau nggak salah per hari ini rata-ratanya Rp 5,25 triliun. Kalau 2016 Rp 7,49 triliun dibantu crossing salah satu emiten. Angka regulernya sebenarnya cuma Rp 6,7 triliun. Jadi ini baru 7 hari, kita tunggu sampai akhir bulan ini mudah-mudahan terjadi kenaikan transaksi," kata dia di BEI Jakarta, Rabu (11/1/2017).

Samsul mengatakan, saat ini investor juga tengah menunggu kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump. Kemudian, investor juga tengah memperhatikan kondisi harga komoditas.

"Kebijakan pemerintah AS, fluktuasi harga minyak dunia beberapa komoditas," ungkap dia.

BEI, lanjut Samsul menargetkan rata-rata nilai transaksi saham pada tahun ini sekitar Rp 8 triliun. Sejumlah langkah diterapkan supaya target itu tercapai.

Samsul mengatakan, BEI sendiri mendorong transaksi saham dengan relaksasi margin. Artinya, saham yang ditransaksikan dengan margin akan lebih banyak dari saat ini hanya 45 saham yang tergabung dalam indeks saham LQ45.

"Maka diharapkan jumlah transaksi dari saham-saham yang selama ini mungkin tidak terlalu aktif ditransaksikan pada level tertentu bisa lebih aktif dengan dimasukkannya saham itu dalam transaksi margin," kata dia.

Dia mengatakan, penambahan saham yang ditransaksi margin tersebut tengah menunggu restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dia mengatakan, untuk memasukan saham emiten dalam transaksi margin perlunya pelonggaran kriteria. Beberapa kriteria itu di antaranya kondisi keuangan dan kapitalisasi pasar emiten.

"Itu sedang dalam tahap finalisasi karena kan kita mesti mem-propose bagaimana indikator saham yang bisa ditransaksikan, perubahan indikatornya," kata dia.

Sejalan dengan itu, untuk mendorong transaksi margin Self Regulatory Organization (SRO) juga segera mengoperasikan perusahaan pembiayaan perusahaan sekuritas. Adanya perusahaan tersebut diharapkan dapat mendorong transaksi margin.

"SRO dengan izin OJK juga mendirikan, apa yang disebut dengan securities financing, perusahaan pendanaan, ini juga diharapkan bisa meningkatkan aktivitas transaksi di pasar modal kita," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya