Kenaikan Saham Perusahaan Besar Angkat Wall Street

Berbeda dengan Wall Street, pasar saham beberapa negara di Eropa dan Amerika Latin ditutup terkait liburan May Day.

oleh Nurmayanti diperbarui 02 Mei 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2017, 05:00 WIB
Wall Street Tertekan Kena Imbas Krisis Yunani
Reaksi pasar negatif terhadap penyelesaian utang Yunani membuat indeks saham Dow Jones merosot 348,66 poin ke level 17.598.

Liputan6.com, New York Bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dan indeks utama ekuitas dunia menguat terangkat saham perusahaan-perusahaan terbesar di Amerika Serikat (AS) yang mencetak rekor.

Di sisi lain, harga minyak kembalil mendapatkan tekanan dari data pengeboran serta output produksi.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 27,05 poin atau 0,13 persen, menjadi 20.913,46. Sedangkan indeks S&P 500 meraih kenaikan 4,13 poin, atau 0,17 persen, ke 2.388,33 dan Nasdaq Composite bertambah 44 poin, atau 0,73 persen ke 6.091,60. Sementara indeks MSCI saham di seluruh dunia menguat 0,22 persen.

Secara keseluruhan bursa global bergerak mendatar. Pasar saham beberapa negara di Eropa dan Amerika Latin ditutup terkait liburan May Day. Sementara Jepang hanya membuka perdagangan singkat.

Data menunjukkan jika aktivitas ekonomi AS melambat pada bulan April, sementara data belanja konsumen tidak berubah pada Maret.

Meskipun data manufaktur tercatat melunak, pedagang terus memantau potensi Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunganya pada Juni.

Wall Street kemudian terbantu saham Apple dan perusahaan teknologi besar lainnya yang membuka jalan, dengan membawa Nasdaq mencetak rekor tertinggi.

Saham dari lima perusahaan terbesar AS berdasarkan kapitalisasi pasar, yakni Apple (AAPL.O) Alphabet (GOOGL.O), Microsoft (MSFT.O), Amazon (AMZN.O) dan Facebook (FB.O) mencapai perdagangan intraday tertinggi pada hari Senin.

Adapun Apple akan melaporkan pendapatan pada Selasa sementara Facebook pada Rabu.

Sejauh ini, pendapatan perusahaan dalam indeks S&P 500 diperkirakan meningkat 13,6 persen pada kuartal pertama, tertinggi sejak 2011, Menurut Thomson Reuters.

"Ini adalah menjadi musim pendapatan terkuat dalam beberapa tahun," kata Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia.

Sementara harga minyak tergelincir 1,2 persen karena meningkatnya output dari Libya dan AS. Harga minyak mentah dunia juga tertekan data yang menunjukkan pertumbuhan manufaktur di China pada April.

Harga minyak mentah AS tercatat turun 1,22 persen menjadi US$ 48,73 per barel dan Brent di posisi US$ 51,43 atau turun 1,19 persen.

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya