Liputan6.com, Sydney Bursa Asia naik ke level tertinggi terbaru pada hari ini, mengikuti Wall Street yang menguat di akhir pekan lalu.
Sementara harga minyak mentah melonjak mendekati titik puncaknya dalam enam bulan seiring meningkatnya ketegangan antara pemerintah Irak dan pasukan Kurdi yang mengancam pasokan.
Melansir laman Reuters, Senin (16/10/2017), indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang menguat untuk hari kelima menjadi 0,3 persen, usai saham AS berakhir mencapai rekor tertingginya.Â
Advertisement
Baca Juga
Adapun saham Australia memperpanjang kenaikan beruntunnya ke sesi keempat berturut-turut dengan menguat 0,6 persen. Sementara Nikkei Jepang melaju untuk hari keenam tertinggi sejak November 1996.
Pasukan Irak mulai bergerak pada tengah malam di hari Minggu, menuju ladang minyak yang kini dikuasai pejuang Peshmerga Kurdi di dekat kota kaya minyak Kirkuk.
Kondisi ini membuat harga minyak mentah AS naik 0,9 persen menjadi US$ 51,92 per barel, tidak jauh dari US$ 52,85 posisi harga pada akhir bulan lalu - tingkat yang tidak terlihat sejak April. Sementara minyak mentah Brent naik 1,2 persen menjadi US$ 57,88 per barel.
Â
China akan menjadi pendorong pasar pada pekan ini, menjelang dimulainya transisi kepemimpinan dan keluarnya data utama termasuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga.
"Dalam hal risiko, fokusnya adalah pada China dengan Kongres Partai yang berlangsung pada hari Rabu ... kemudian data inflasi yang keluar hari ini. Inflasi menjadi hal penting karena merupakan bagian dari argumen seputar tematik refleksi global yang masuk ke pasar akhir-akhir ini," kata Chris Weston, Kepala Strategi Pasar IG Markets.
Para pembuat kebijakan di seluruh dunia mengandalkan kenaikan inflasi. Mereka juga terus mencermati beberapa stimulus seiring pertumbuhan global yang menjadi momentum.
Â
Di sisi lain, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang, sebagian besar tidak berubah di posisi 93,115.
Â
Sementara harga komoditas emas mendekati level tertinggi dalam tiga minggu ke posisi US$ 1.304,11 per ounce.