Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan saham Senin pekan ini. Laju IHSG akan ditopang harga komoditas dan nilai tukar rupiah.
Analis PT Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, IHSG masih terus berusaha untuk mencetak kembali rekor tertinggi baru. IHSG menguat masih cukup besar ditunjang kuatnya harga komoditas dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
William menambahkan, faktor fundamental ekonomi juga menjadi sentimen pendukung penguatan IHSG.
Advertisement
Baca Juga
"IHSG akan bergerak di kisaran 6.555-6.728," ujar William dalam ulasannya, Senin (5/3/2018).
Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan bergerak kembali variasi. IHSG akan bergerak di kisaran 6.554-6.650.
"IHSG secara teknikal kembali menguji level support dan terkonsolidasi pada kisaran moving average lima harian dan 20 harian," kata Lanjar.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat pekan lalu, IHSG melemah 23,74 poin ke posisi 6.82,32. Sektor saham tambang memimpin pelemahan IHSG. Disusul sektor saham pertanian melemah 1,29 persen usai menguat dua hari.
Lanjar menuturkan, sentimen pembaharuan tarif impor logam asing yang besar oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) menjadi faktor negatif.
Sedangkan sektor saham aneka industri dan industri dasar menjadi penahan pelemahan IHSG.
Untuk saham yang dapat dicermati pada awal pekan ini antara lain saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Sedangkan William memilih saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan ASII.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
IHSG Melemah 23,73 Poin pada Pekan Lalu
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Aksi jual investor asing menekan IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 2 Maret 2018, IHSG melemah 23,73 poin atau 0,36 persen ke posisi 6.582,31. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,34 persen ke posisi 1.098,14.
Sebagian besar indeks saham acuan tertekan kecuali indeks saham DBX naik 0,43 persen. Ada sebanyak 229 saham melemah sehingga menekan IHSG.Sementara itu, 134 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. Sebanyak 108 saham lainnya diam di tempat. Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.597,71 dan terendah 6.561,04. Transaksi perdagangan saham juga cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 355.116 kali dengan volume perdagangan 10 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,8 triliun.
Investor asing melakukan aksi jual Rp 687,03 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.751. Sebagian besar sektor saham tertekan yang dipimpin sektor saham tambang melemah 2,68 persen.
Disusul sektor saham pertanian susut 1,3 persen dan sektor saham konstruksi melemah 1,25 persen. Saham-saham mencatatkan penguatan besar antara lain saham KMTR naik 24,79 persen ke posisi Rp 755, saham RBMS menguat 24,52 persen ke posisi Rp 386 per saham, dan saham PSAB melonjak 24,27 persen ke posisi Rp 256 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham DSSA susut 19,57 persen ke posisi Rp 11.200 per saham, saham BLTZ melemah 13,79 persen ke posisi Rp 8.125, dan saham BUVA merosot 12,50 persen ke posisi Rp 490 per saham.
Bursa Asia kompak melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,48 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 1,04 persen, indeks saham Jepang Nikkei melemah 2,5 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar. Kemudian indeks saham Shanghai melemah 0,59 persen, indeks saham Singapura tergelincir 0,99 persen, dan indeks saham Taiwan merosot 0,81 persen.
Â
Advertisement