Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mampu bertahan di zona hijau di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah.
Bahkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mampu mencatatkan level tertinggi sepanjang lima tahun terakhir.
Berdasarkan data RTI, IHSG melemah 19,77 poin atau 0,33 persen di posisi 5.963,20 pada sesi pertama perdagangan Jumat pekan ini. IHSG berada di level tertinggi 5.993,60 dan terendah 5.949,60.
Advertisement
Baca Juga
Sebanyak 181 saham melemah sehingga tekan IHSG. Sedangkan 127 saham menguat dan 133 saham diam di tempat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.993,60 dan terendah 5.949,60. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 153.197 kali dengan volume perdagangan 3,6 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 2,8 triliun.
Sementara itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 2,34 persen atau 575 poin ke posisi 25.150 per saham. Harga saham BCA ditransaksikan di posisi level tertinggi 25.475 dan terendah 25.150.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 5.105 kali dengan nilai transaksi Rp 267,9 miliar.
Bila melihat pergerakan saham BCA selama lima tahun terakhir cenderung menguat. Berdasarkan data RTI, saham BBCA berada di level tertinggi dalam lima tahun terakhir di posisi 25.475 pada perdagangan Jumat 24 Agustus 2018. Sementara itu, saham BBCA terendah di posisi 8.450 pada perdagangan 5 September 2013.
Pada perdagangan saham sepanjang tahun berjalan 2018 juga cukup positif. Sepanjang 2018, saham PT Bank Central Asia Tbk naik 12,21 persen ke posisi 24.575 per saham pada perdagangan Kamis 23 Agustus 2018.
Total volume perdagangan saham 3,06 miliar saham dengan frekuensi perdagangan 864.529 kali. Nilai transaksi Rp 69,7 triliun.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Alasan Saham BCA Melonjak
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, saham BCA cenderung menarik di antara saham bank lainnya yang masuk BUKU IV atau bank umum berdasarkan kegiatan usaha (BUKU). Hal ini membuat investor aktif beli saham BBCA.
"BBCA memiliki PBV (price book value) 4,31 kali. BBNI 1,32 kali, BBRI 2,29 kali, dan BMRI 1,79 kali," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Selain itu, menurut Nafan, PT Bank Central Asia Tbk juga mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kapitalisasi pasar saham BCA tercatat Rp 600 triliun pada perdagangan Kamis 23 Agustus 2018.
Sementara itu, Analis PT Panin Sekuritas, Frederik Rasali menuturkan, kondisi suku bunga yang terus meningkat, pihaknya melihat bank yang memiliki likuiditas cukup tinggi adalah bank dapat mengambil keuntngan dari kenaikan suku bunga itu.
Hal ini karena pada saat ekonomi mulai kembali meningkat dan korporasi membutuhkan kredit, bank dapat menyesuaikan bunga pinjaman lebih tinggi ketimbang bank lainnya yang sudah memberikan kredit di periode sebelumnya.
"Selain itu, BBCA sudah melakukan antisipasi dari peningkatan suku bunga dengan meningkatkan bunga deposito lebih cepat dari bank lainnya. Hal ini otomatis memberikan likuiditas lebih tinggi lagi dibandingkan beberapa bank lainnya," kata dia.
Ia menambahkan, PT Bank Central Asia Tbk juga dikabarkan akan melakukan akuisisi dua bank kecil yang akan difokuskan untuk mengembangkan digital bank dan fintech.
"Kabarnya akan diumumkan pada September sehingga ada kemungkinan investor melakukan antisipasi dari pengumuman tersebut,” ujar lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com.
Untuk rekomendasi saham, Nafan merekomendasikan maintain buy saham BCA. Ia menargetkan jangka pendek saham BCA ke posisi 25.700.
"Kalau masuk sekarang sudah terlambat karena harga sudah tinggi. Bagi yang sudah bisa dimaintain," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement