Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menerbitkan surat utang dalam bentuk obligasi subordinasi dengan skema penawaran umum berkelanjutan pada tahap I sebanyak-banyaknya Rp 500 miliar.
Wakil Presiden Direktur BCA, Eugene Keith Galbraith mengatakan alternatif tenor yang ditawarkan adalah 7, 10, dan 12 tahun yang akan disesuaikan dengan animo para investor. Kisaran kupon obligasi Seri A 7,50 persen - 8,25 persen. Seri B 7,75 persen - 8,50 persen dan Seri C 8,00 persen - 8,75 persen.
"Masa penawaran awal (bookbuilding) atas obligasi subordinasi tersebut akan dilaksanakan pada bulan Mei 2018 dan pada awal Juli 2018 obligasi subordinasi BCA tahap l dijadwalkan akan tercatat di Bursa Efek Indonesia," kata Eugene, dalam acara konferensi pers, di Grand Ballroom Kempinski, Selasa (15/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Dana yang berhasil dihimpun dari penerbitan obligasi subordinasi adalah untuk pengembangan usaha terutama pemberian kredit. "Penerbitan obligasi subordinasi ini akan menambah alternatif investasi dari instrumen-instrumen keuangan yang diterbitkan oleh BCA bagi para investor dan para nasabah BCA," ujar dia.
Dia mengatakan, penerbitan obligasi subordinasi sebagai bagian dari rencana aksi (recovery plan) untuk memenuhi kewajiban Bank berdasarkan POJK No. 14/2017. Penerbitan surat utang tersebut juga bertujuan memperkokoh struktur permodalan dan meningkatkan struktur penghimpunan dana jangka panjang.
Eugene menuturkan, saat ini BCA memiliki kondisi keuangan dan likuiditas yang solid dimana sebagian besar modal BCA merupakan modal inti (Tier I) yang berkontribusi 96 persen terhadap jumlah modal per akhir tahun 2017.
"Namun sebagai salah satu bank sistemik yang ditetapkan oleh OJK. BCA berencana untuk menerbitkan obligasi subordinasi guna memenuhi salah satu kewajiban dalam recovery plan yang diwajibkan oleh OJK,” kata dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
BCA Targetkan Kredit Tumbuh 9 Persen pada Akhir 2018
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja mengaku yakin jika perseroan mampu menumbuhkan kredit hingga 9 persen pada akhir 2018. Tercatat, pada kuartal I/2018, BCA mencapai pertumbuhan kredit sebesar 15,0 persen secara tahunan.
"Jadi, sementara kita tetap saja proyeksi, kita sampai akhir tahun sekitar year to date sampai Desember 2018 sekitar 9 persen. Namun, dengan catatan tahun lalu target kita 9 persen, tetapi pada akhirnya kita bisa mencapai hingga 12,5 persen," kata dia di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin 23 April 2018.
Jahja mengungkapkan, keberhasilan pertumbuhan kinerja bisnis kredit pada kuartal I/2018 yang mencapai 15 persen cukup mengejutkan. Sebab, pada kuartal I tiap tahunnya, pertumbuhan kredit BCA selalu negatif.
"Apa yang terjadi di kuartal I ini, kita surprise. Bahwa year on year itu naik sampai 15 persen. Karena tertolong juga dari kuartal IV tahun lalu yang naik luar biasa dan ternyata kuartal I masih positif 0,5 persen, kecil, tetapi itu sangat tinggi. Biasa Q I itu negatif. Kalau melihat ini sampai akhir tahun kita optimis," paparnya.
Sebelumnya, Jahja merinci portofolio kredit terdiri atas kredit korporasi meningkat 17,6 persen menjadi Rp 179,4 triliun, sementara kredit komersial dan UKM naik 14,4 persen menjadi Rp 166,7 triliun.
Pada kuartal I 2018, permintaan kredit segmen bisnis lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Kredit konsumer tumbuh 12,0 persen menjadi Rp 123,9 triliun didukung oleh produk-produk kredit konsumer yang inovatif.
“Pada portofolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah naik 10,6 persen menjadi Rp 71,9 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat 146 persen menjadi Rp 40,2 triliun,” ungkapnya.
Sementara, di periode yang sama, outstanding kartu kredit mencatat pertumbuhan sebesar 12,3 persen, menutup kuartal pertama dengan outstanding sebesar Rp11,8 triliun.
Jahja mengatakan, meningkatnya portofolia kredit BCA di Triwulan I 2018 ini cukup bagus. Kenaikan ini, menurutnya sejalan dengan upaya BCA dalam mendukung kebutuhan pembiayaan nasabah dan mempertahankan pertumbuhan dana yang solid.
Advertisement