Rupiah Menembus 14.940 per Dolar AS, IHSG Dibuka Memerah

Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.868,7dan terendah 5.847,8.

oleh Nurmayanti diperbarui 05 Sep 2018, 09:12 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2018, 09:12 WIB
IHSG
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka memerah pada perdagangan hari ini. Investor asing melakukan aksi beli dan rupiah tercatat menembus 14.940 terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).

Pada pembukaan perdagangan saham, Rabu (5/9/2018), IHSG melemah 55,7 poin atau 0,94 persen ke posisi 5.849,5.

Indeks saham LQ45 ikut memerah 1,6 persen ke posisi 916,627. Seluruh indeks saham acuan kompak berada di zona merah

Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.868,7dan terendah 5.847,8.

Sebanyak 34 saham menguat namun tak mampu mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 115 saham melemah dan menekan IHSG. Selain itu 74 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 8.800 kali dengan volume perdagangan 84,6 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 134,6 miliar.

Investor asing beli saham Rp 16,7 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.940.

Hari ini, seluruh sektor saham melemah. Tercatat, sektor aneka industri melemah 2,11 persen, diikuti infrastruktur turun 1,82 persen dan keuangan melemah 1,65.

Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham LRNA mendaki 7,84 persen ke posisi Rp 110 per saham, saham PANS naik 7,26 persen menjadi Rp 1.625 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BRPT turun 7,33 persen ke posisi Rp 1.580 per saham, saham MOLI merosot 7,22 persen ke posisi Rp 900 per saham.

Penutupan Sebelumnya

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah. Aksi jual investor asing dan sepi sentimen positif menekan IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (4/9/2018), IHSG melemah 62,27 poin atau 1,04 persen ke posisi 5.905,30. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,05 persen ke posisi 931,65. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Sebanyak 300 saham melemah sehingga menekan IHSG. 90 saham diam di tempat dan 86 saham menguat. Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.978,73 dan terendah 5.889,09.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 280.115 kali dengan volume perdagangan 8,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,1 triliun. Investor asing jual saham Rp 312,98 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.798.

Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham barang konsumsi naik 0,26 persen. Sementara itu, sektor saham industri dasar merosot 2,45 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 1,9 persen dan sektor saham tambang turun 1,33 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham SQMI naik 16,95 persen ke posisi 276 per saham, saham TMPO mendaki 13,45 persen ke posisi 194 per saham, dan saham ANJT menanjak 10,17 persen ke posisi 1.300 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham MOLI melemah 18,14 persen ke posisi 970 per saham, saham MBTO merosot 13,29 persen ke posisi 137 per saham, dan saham NIKL susut 11,44 persen ke posisi 2.090 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,94 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,38 persen, indeks saham Shanghai menanjak 1,1 persen, indeks saham Singapura naik 0,10 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,52 persen.

Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei turun 0,05 persen dan indeks saham Thailand melemah 0,27 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, minimnya sentimen positif dari domestik serta meningkatnya sentimen negatif dari eksteral misalnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, krisis keuangan Turki, Venezuela dan Argentina menekan laju IHSG.

"Serta adanya sentimen kenaikan suku bunga the Federal Reserve pada bulan ini menyebabkan para pelaku pasar lebih cenderung memilih untuk wait and see. Akibatnya baik rupiah maupun IHSG mengalami pelemahan," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya