IHSG Terjungkal dari Posisi 5.800, Ada Apa?

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alami koreksi tajam pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Okt 2018, 13:15 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2018, 13:15 WIB
IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Sepanjang perdagangan hari ini (30/5), IHSG bergerak pada kisaran 5.693,39 - 5.730,06, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alami koreksi tajam pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Sentimen eksternal terutama bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang tertekan  membuat IHSG kena imbasnya.

Pada penutupan sesi pertama, Kamis (11/10/2018),  IHSG merosot  106,17 poin atau 1,82 persen ke posisi 5.714,49. IHSG sempat tergelincir 2,2 persen ke posisi 5.689.

VP Sales and Marketing PT Ashmore Assets Management Indonesia, Angganata Sebastian, menilai IHSG koreksi terkena imbas penurunan wall street. Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 831,83 poin atau 3,15 persen ke posisi 25.598,74.

Sedangkan dari sentimen internal, Angganata menilai belum terlalu pengaruhi IHSG. Pelaku pasar masih menunggu data neraca perdagangan pada 15 Oktober 2018. Angganata menuturkan, tekanan terhadap IHSG hanya jangka pendek.

Akan tetapi, penurunan IHSG tak sedalam indeks saham lainnya di Asia. Indeks saham Taiwan turun 6,25 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Kemudian indeks saham Shanghai tergelincir 4,75 persen dan indeks saham Jepang Nikkei merosot 4,09 persen.

"Kalau saya lihat pasar global semalam pasar Amerika Serikat turun 3,3 persen. Jadi kita kena imbasnya. Penurunan kita tidak separah emerging market lainnya mungkin karena investor asing sudah tidak banyak," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Hal senada dikatakan Head od Equity Capital Markets PT Samuel International, Harry Su. IHSG merosot didorong bursa saham Amerika Serikat yang tertekan. Bahkan Harry prediksi, IHSG masih akan bergejolak hingga semester I 2019.

Angganata mengatakan, gejolak IHSG masih dipengaruhi perang dagang dan kebijakan moneter the Federal Reserve (the Fed). “Kalau domestik dari data defisit perdagangan,” tutur dia.

Meski IHSG tertekan dalam, Angganata menilai investasi saham masih menarik. Apalagi dengan valuasi saham murah, pelaku pasar dapat memanfaatkan momen itu untuk masuk. Selain itu, harapan pertumbuhan laba emiten pada 2018 masih positif. "Mengambil posisi saat ini karena valuasi murah," ujar dia.

Adapun sektor saham pilihan yang dapat dicermati investor, Angganata memilih sektor saham perkebunan. Ini karena ada proyek biodiesel 20 persen dari pemerintah. Selain itu, saham semen karena potensi biaya produksi dan harga batu bara yang turun. "Sektor telekomunikasi juga diuntungkan dengan berkembangnya e-commerce," kata dia.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Sesi I, IHSG Terkoreksi

IHSG
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di zona merah selama sesi pertama perdagangan saham Kamis pekan ini.

Pada penutupan sesi pertama, Kamis (11/10/2018), IHSG merosot 106,17 poin atau 1,82 persen ke posisi 5.714,49. Indeks saham LQ45 susut 2,26 persen ke posisi 894,26. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 339 saham melemah sehinga menekan IHSG. 61 saham menguat dan 72 saham diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.746,24 dan terendah 5.669,72.Total frekuensi perdagangan saham 214.024 kali dengan volume perdagangan saham 7,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,1 triliun.

Investor asing jual saham Rp 563,84 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran 15.241.

10 sektor saham tertekan. Sektor saham aneka industri turun 2,67 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham keuangan turun 2,14 persen dan sektor saham industri dasar tergelincir 2,04 persen.

Di tengah pelemahan IHSG, saham pendatang baru SKRN menguat 48,57 persen ke posisi Rp 1.040 per saham, saham MYTX melonjak 34,43 persen ke posisi Rp 164 per saham, dan saham FPNI menanjak 28,29 persen ke posisi Rp 195 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham KPAS melemah 24,73 persen ke posisi Rp 414 per saham, saham AKPI merosot 17,53 persen ke posisi Rp 800 per saham, dan saham SAPX susut 17,32 persen ke posisi Rp 525 per saham.

Bursa saham Asia global pun tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 3,83 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 3,75 persen, indeks saham Jepang Nikkei turun 4,24 persen.

Selanjutnya indeks saham Thailand melemah 2,68 persen, indeks saham Shanghai merosot 4,62 persen, indeks saham Singapura turun 2,86 persen dan indeks saham Taiwan terpangkas 6,24 persen, dan alami penurunan terbesar.

VP Sales and Marketing PT Ashmore Assets Management, Angganata Sebastian, menuturkan IHSG melemah terkena imbas tekanan wall street. Pada Rabu waktu setempat, wall street anjlok seiring kenaikan imbal hasil obligasi AS.

"Ini karena global semalam pasar Amerika Serikat turun 3,3 persen. Jadi kita kena imbasnya,” ujar Angganata, saat dihubungi Liputan6.com.

Penurunan IHSG memang tak separah indeks saham acuan di bursa Asia. Indeks saham Taiwan turun 6,25 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Kemudian indeks saham Shanghai tergelincir 4,75 persen dan indeks saham Jepang Nikkei merosot 4,09 persen.

"Penurunan IHSG tidak parah seperti emerging market lainnya mungkin karena porsi investor asing sudah tidak banyak,” ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya