Grab Bakal Catat Saham di Bursa Nasdaq

Grab mengatakan, pihaknya akan mencatatkan saham di bursa Nasdaq dengan kode saham GRAB setelah kesepakatan dengan SPAC selesai.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Apr 2021, 23:32 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2021, 23:31 WIB
Ojek Online Gunakan Pelindung Pembatas Antar Penumpang
Driver Grab Bike mengenakan Grab Protect pelindung yang membatasi antara pengemudi dan penumpang saat diluncurkan di Jakarta, Selasa (9/6/2020). Penumpang ojek online (ojol) kini tak perlu khawatir menggunakan transportasi ini di tengah pandemi Corona. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan raksasa ride-hailing Asia Tenggara, Grab akan go public melalui merger dengan special purpose acquisition companies (SPAC) Altimeter growth Corp dalam kesepakatan dengan nilai perusahaan USD 39,6 miliar. Kesepakatan dengan SPAC termasuk terbesar hingga kini.

Grab mengatakan, pihaknya akan mencatatkan saham di bursa Nasdaq dengan kode saham GRAB setelah kesepakatan selesai. Kesepakatan dengan SPAC merupakan salah satu cara perusahaan rintisan untuk menawarkan saham ke publik.

SPAC merupakan perusahaan akuisisi tujuan khusus atau perusahaan cangkang yang dibentuk untuk meningkatkan modal dengan akuisisi perusahaan swasta atau tertutup.

Saham Altimeter Growth naik lebih dari 8 persen pada pra perdagangan saham setelah pengumuman. Pada perdagangan kemarin, saham Altimeter berada di kisaran USD 13,95 per saham.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Grab yang didukung Softbank akan menerima sekitar USD 4,5 miliar dalam bentuk tunai, yang mencakup USD 4 miliar dalam skema private investment in public equity (PIPE), yang dikelola oleh BlackRock, Fidelity, T.Rowe Price, Morgan Stanley dan Temasek. PIPE merupakan mekanisme bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dari sekelompok investor terpilih yang memungkinkan debutnya melalui pembiayaan mereka.

"Saya ingat beberapa tahun yang lalu ketika kami berbicara dengan investor, beberapa orang bahkan tidak tahu di mana posisi Asia Tenggara pada peta,” ujar salah satu pendiri dan CEO Grab Anthony Tan seperti dilansir dari CNBC, ditulis Selasa (13/4/2021).

"Jadi hari ini saat kami mengumumkan apa yang diharapkan menjadi penawaran saham terbesar di Asia Tenggara. Ini menunjukkan validasi dari penawaran yang luar biasa di dini di wilayah ini, dan bahwa strategi aplikasi super berfungsi,” ia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Dampak Pandemi COVID-19

Grab
Layanan GrabFood di Indonesia yang terus tumbuh (Liputan6.com/Agustinus M.Damar)

Grab berada di peringkat 16 untuk daftar CNBC Disruptor 50 memberikan serangkaian layanan digital seperti transportasi, pengiriman makanan, pemesanan hotel, perbankan online, pembayaran seluler, layanan asuransi dari aplikasinya. Gelar aplikasi super ini beroperasi di sebagian besar Asia Tenggara, melayani lebih dari 187 juta pengguna di lebih dari 350 kota di delapan negara.

Selama pandemi COVID-19, Asia Tenggara mengalami lonjakan penggunaan layanan digital seperti e-commerce, pengiriman makanan dan pembayaran online.

Sebanyak 40 juta orang di enam negara ini di Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Thailand memasuki layanan online pertama kali pada 2020, berdasarkan laporan Google, Temasek Holdings dan Bain and Company.

Namun, COVID-19 telah memaksa decacorn, perusahaan rintisan bernilai lebih dari USD 10 miliar untuk memangkas staf dan kembali memikirkan apa yang akan menentukan rangkaian aplikasi super dominan dari layanan on-demand.

Ini juga mengintensifkan lanskap persaingan yang sudah jenuh terbukti sulit menghasilkan keuntungan. Setelah periode persaingan yang ketat dan mahal oleh Uber untuk mendominasi ride sharing di banyak pasar, Uber menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab tiga tahun lalu dengan imbalan kepemlikan saham di perusahaan tersebut.

"Bahkan di masa-masa tersulit selama COVID-19, kami dapat mengalihkan pasokan pengemudi ke pekerjaan lain. Tidak ada satu negara pun yang menghasilkan lebih dari 35 persen dari total pendapatan kami, jadi memiliki ketahanan dan diversifikasi regional sangat membantu kami,/; ujar dia.

Pada Januari 2021, Reutes melaporkan pendapatan bersih Grab telah tumbuh  70 persen year over year (YoY). Kondisi pulih ke tingkat sebelum pandemi COVID-19 dengan bisnis ride hailing mencapai titik impas di semua operasi pasar, termasuk terbesar Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya