Raksasa Ride Sharing China Didi Chuxing Bakal Gelar IPO

Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan JP Morgan akan menjadi penjamin emisi untuk menangani IPO Raksasa ride-hailing China Didi Chuxing

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Jun 2021, 10:42 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2021, 10:41 WIB
Aplikasi Didi Chuxing
Aplikasi Didi Chuxing. Dok: Didi Chuxing

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa ride-hailing China Didi Chuxing pada Kamis, 10 Juni 2021 mengajukan untuk go public atau IPO. Ini disebut akan menjadi salah satu IPO teknologi terbesar pada 2021.

Dilansir dari CNBC, Jumat (11/6/2021), Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan JP Morgan akan menjadi penjamin emisi dalam proses IPO tersebut. 

Perusahaan melaporkan pendapatan USD 21,6 miliar tahun lalu. Sepanjang kuartal pertama 2021, Didi Chuxing membukukan pendapatan USD 6,4 miliar. Secara khusus, perusahaan melaporkan laba bersih sebesar USD 837 juta sebelum pembayaran tertentu kepada pemegang saham, dan laba bersih komprehensif sebesar USD 95 juta untuk kuartal tersebut.

Uber memiliki 12,8 persen saham di perusahaan setelah menjual bisnis transportasi online ke Didi pada 2016, sementara Vision Fund SoftBank memegang 21,5 persen.

Antara 2019 dan 2020, pendapatan Didi menyusut hampir 10 persen karena pandemi Covid-19. Namun, sebelum pandemi, pendapatan tumbuh 11 persen antara 2018 dan 2019.

Selain itu, pendapatan telah bangkit kembali di kuartal pertama karena pemulihan pandemi berjalan lancar, dengan pertumbuhan 107 persen di kuartal I 2021 dari kuartal tahun sebelumnya.

Beberapa laba perusahaan pada kuartal I-2021 dapat dikreditkan ke keuntungan investasi sebesar USD 1,9 miliar terkait dengan spin-off dan divestasi.

Didi baru-baru ini memiliki valuasi USD 62 miliar setelah putaran penggalangan dana Agustus, menurut data PitchBook, dan didukung oleh raksasa investasi seperti SoftBank, Alibaba, dan Tencent. 

Bloomberg melaporkan perusahaan dapat memiliki valuasi USD 100 miliar pada saat IPO-nya. Tidak seperti Uber, Didi masih banyak berinvestasi dalam mewujudkan robotaxis self-driving, dan baru-baru ini mendapat persetujuan untuk menguji kendaraan self-driving di Beijing.

Sementara Uber menjual bisnis teknologi self-driving yang baru lahir ke Aurora Innovation yang baru dimulai Desember lalu.

Didirikan pada 2012, Didi Chuxing mengatakan memiliki 493 juta pengendara aktif tahunan, dan 15 juta pengendara aktif setiap tahun. Didi telah empat kali masuk dalam daftar CNBC Disruptor 50.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Didi Chuxing Siap IPO di Amerika Serikat

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, Perusahaan ride-hailing atau penyedia transportasi layanan online asal China, Didi Chuxing siap mengumpulkan USD 1,5 miliar untuk pembiayaan utang menjelang IPO di Amerika Serikat (AS).

Seperti dilansir CNBC, Sabtu, 10 April 2021, perusahaan yang didukung Softbank berencana untuk mengajukan pencatatan perdana saham secara rahasia akhir bulan ini. Kabarnya perusahaan akan melakukan pencatatan pada Juli.

Dipimpin oleh Goldman Sachs dan Morgan Stanley, Didi Chuxing disebut memiliki valuasi USD 62 miliar menurut data PitchBook Agustus tahun lalu.

Tak hanya itu, laporan yang disampaikan juga menyebut, perusahaan bisa mendapa5kan dana hingga USD 100 miliar saat melakukan debut di Wall Street.

Meski demikian, perusahaan enggan memberikan komentar terkait hal ini.Hadirnya Didi di bursa saham bisa menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar tahun ini dan salah satu IPO China terbesar di AS sejak Alibaba terdaftar di Bursa Efek New York pada 2014.

Sebagai catatan, IPO Grup Ant yang menjadi perusahaan terbesar dalam sejarah, harus ditarik oleh regulator hanya beberapa hari sebelum dijadwalkan untuk memulai perdagangan di Shanghai dan Hong Kong.

Penangguhan IPO dilakukan tak lama setelah Jack Ma , pendiri Alibaba, yang memiliki sepertiga dari Ant Group, membuat beberapa komentar kritis terhadap regulator keuangan China.

Ant Group juga merupakan investor awal Didi Mei lalu, presiden Didi Jean Liu mengatakan kepada CNBC bisnis tumpangan inti perusahaan memberikan keuntungan, dan telah meningkat setelah virus Covid-19 melanda China.

Meski demikian, Liu tidak memberikan angka spesifik atau mengatakan profitabilitas.Didi telah masuk dalam daftar 50 CNBC Disruptor selama tiga tahun berturut-turut, terakhir menduduki peringkat ke-30 dalam daftar tahun lalu.

Berkantor pusat di Beijing, perusahaan ini beroperasi di China dan delapan pasar luar negeri, termasuk Australia dan Jepang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya