Katalis Ini Bakal Bayangi Pasar Obligasi pada Semester II 2021

Berikut sejumlah katalis positif dan risiko yang perlu dicermati terkait pasar obligasi pada semester II 2021.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 08 Agu 2021, 19:39 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2021, 19:39 WIB
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar obligasi dinilai lebih baik pada semester I 2021 di tengah ledakan kasus COVID-19. Hal itu didukung dari likuiditas bank yang melimbah dan berkurangnya tekanan jual. Lalu bagaimana dengan semester II 2021?

Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Laras Febriany menuturkan, ledakan kasus COVID-19 setelah libur Lebaran lalu memang sudah diperkirakan dan diantisipasi oleh pemerintah maupun pelaku pasar obligasi. Dengan demikian, meski pun jumlah kasus positif COVID-19 itu melonjak di atas harapan pemerintah, tetapi tidak berdampak buruk ke pasar obligasi.

Laras mengatakan, ketahanan pasar obligasi lebih baik pada 2021 didukung sejumlah faktor antara lain:

-Likuiditas domestik perbankan yang melimpah akibat pertumbuhan kredit yang diperkirakan tetap rendah

-Rupiah cenderung stabil

-Valuasi obligasi yang masih menari dengan imbal hasil riil Indonesia merupakan salah satu tertinggi di kawasan

-Pergerakan imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang lebih terjaga

-Berkurangnya tekanan jual investor asing mengingat kepemilikannya pada obligasi domestik yang cukup rendah kurang dari 23 persen

“Sentimen yang lebih positif di pasar domestik dan global berpotensi menggerakkan imbal hasil obligasi pemerintah denominasi rupiah tenor 10 tahun untuk dapat turun lebih dalam dari level saat ini,” ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (8/8/2021).

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Katalis Positif

Syariah, Dolar AS, Saham, Obligasi? Optimalkan Potensi Tumbuh Dana Anda.
(Foto:Ilustrasi)

Laras menuturkan dua faktor penting yang dapat mendukung pergerakan pasar obligasi secara umum. Hal itu siklus suku bunga dan mekanisme dari sisi permintaan atau penawaran.

Ia menambahkan, kebutuhan menjaga stabilitas rupiah, inflasi terkendali, dan upaya mendorong ekonomi membuat Bank Indonesia (BI) mempertahankan kebijakan moneter akomodatif yang berdampak positif bagi pasar obligasi.

"Kondisi makro yang relatif positif berkontribusi pada imbal hasil riil obligasi Indonesia yang menarik,” kata dia.

Selain itu, menurut Laras, langkah pemerintah mengurangi pasokan obligasi pada semester II 2021 menjadi katalis positif yang dapat mendukung pergerakan obligasi menjelang akhir tahun.

Pemerintah mengurangi target pembiayaan utang pada 2021 sebesar Rp 283 triliun menjadi Rp 924 triliun. Pemerintah berencana memakai sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) yang berpotensi mengurangi target pembiayaan sekitar 24 persen lebih rendah dari target sebelumnya. Pemerintah juga berencana optimalkan penerbitan obligasi ritel yang diharapkan dapat meningkatkan gairah investor domestik berinvestasi di pasar obligasi.

"Penanganan pandemi yang efektif dan cepat turut diperlukan untuk mendorong sentimen yang lebih positif di pasar obligasi,” kata dia.

Risiko

Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)

Adapun risiko yang perlu dicermati, Laras mengatakan dari sisi eksternal yaitu volatilitas imbal hasil surat berharga AS, flight to safety pada dolar Amerika Serikat, ketegangan politik dan perubahan komunikasi kebijakan the Federal Reserve (the Fed).

Sedangkan dari sisi internal, Laras mengatakan, perlambatan ekonomi domestik yang disebabkan oleh pembatasan aktivitas masyarakat yang berpengaruh terhadap prospek peringkat utang Indonesia serta dampaknya terhadap defisit anggaran pemerintah.

Sedangkan strategi investasi yang diterapkan untuk menghasilkan alpha pada kinerja portofolio obligasi, Laras menilai level saat ini masih cukup menarik bagi investor untuk investasi. Ini mempertimbangkan prospek pasar obligasi Indonesia yang masih menawarkan upside potential yang baik.

"Portofolio aset obligasi dalam denominasi rupiah kami jaga pada durasi tactical overweight baik bagi portofolio dengan durasi pendek ataupun menengah,” ujar dia.

Ia menambahkan, memanfaatkan potensi berkurangnya pasokan obligasi, likuiditas domestik yang tinggi dan selera asing yang semakin meningkat di pasar obligasi Indonesia. “Guna meminimalkan risiko dan menjaga stabilitas pada portofolio obligasi dalam denominasi dolar durasi dijaga kurang lebih tiga tahun,” kata dia.

Laras menambahkan, duration management, security selection, dan yield enhancement diharapkan untuk menjadi penopang kinerja portofolio pada tahun ini.

Di samping itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya