IHSG Berada di Fase Uptren hingga Akhir 2021, Ini Sentimen Pendorongnya

Analis menilai, tren penaikan IHSG sudah terlihat sejak Juli 2021, tetapi selalu terkoreksi. Bagaimana dengan akhir 2021?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Okt 2021, 19:03 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2021, 19:03 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal berada di fase uptren hingga akhir 2021. Namun, IHSG berpeluang sedikit turun pada pekan depan.

Vice President Senior Technical Portfolio Advisor PT Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih menuturkan tren penaikan IHSG sebenarnya sudah terlihat sejak Juli lalu, tetapi selalu terkoreksi.

Secara historis, dalam 10-20 tahun terakhir, memang umumnya IHSG mengalami tekanan di Agustus-September (saat ini 2021). Namun umumnya, hingga Januari-Maret (pada 2022) bakal cenderung berada di posisi kenaikan dibanding Agustus-September sebelumnya.

"Jadi IHSG kalau saya lihat trennya sudah mulai naik terutama dari Juli. Karena selalu ada puncak[1] puncak yang lebih tinggi dan sedikit terkoreksi. Tapi trennya sudah naik,” ujar dia dalam seminar daring yang digelar D Origins Advisory dan IGICO Advisory, bertema The Ultimate Guide to Technical Analysis dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (3/10/2021).

Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 1 Oktober 2021, IHSG melemah 0,92 persen ke level 6.228,85. Sebanyak 203 saham tercatat menguat, 303 saham merosot. Serta 151 saham diam di tempat.

Alfatih pun ramal level support IHSG Senin, 4 Oktober 2021 pada rentang level 6.160-6.200 dengan resistance 6.350-an.

"Kira kira IHSG seperti itu. Dan ada lima saham emiten yang direkomendasikan buy pada pekan depan,” ujar dia dalam acara yang diselenggarakan D’Origin Financial and Business Advisory bekerjasama dengan IGICO tersebut.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Lima Saham Pilihan

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lima saham tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan  rekomendasi buy dengan support di level 3.830 dan resistance pada rentang level 3.980-4.030.

Bank Himbara lainnya, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) rekomendasi buy on support level 1.470 dan resistance pada kisaran level 1.540-1.590 Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan rekomendasi buy pada harga support level 3.600 dengan rentang resistance level 3.830-4.050.

Saham PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)  dengan rekomendasi buy near support level 273 dengan rentang harga resistance level 284, 292, bahkan hingga level 300.

Selain itu saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan rekomendasi buy near support pada level 1.650 dengan resistance level 1.965-2.130.

Sementara itu, Elliot Wave Expert dari B Trade Elliottician Wijen Pontus menyampaikan beberapa saham emiten maupun sektor-sektor yang akan bergairah di pasar modal pekan depan. Dia pun sepakat terkait saham BBRI yang akan naik kembali dengan target minimal di level 4.010 hingga level 4.150. Dia menilai saham bank Himbara itu masih sangat menarik.

Di sisi lain Wijen pun mencermati kenaikan saham emiten dengan bisnis crude palm oil (CPO) yang juga dinilainya masih menarik. Dia mencontohkan emiten  PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) target minimal level 500 dengan target idealnya level 520 untuk jangka pendek. 

Demikian juga saham LSIP yang menurut dia, sama menariknya dengan saham SIMP. Di sektor batu bara dia pun sepakat dengan Alfatih, akan menarik pada pekan depan. Namun dengan catatan untuk short term ada potensi untuk koreksi. Dia mengatakan emiten bersandi ADRO dengan support level 1.600-1.650, dan akan kembali lanjut lagi dengan tren penaikan.

“Kalau coal lagi koreksi saya rasa ini opportunity buat buy near support,” ujar dia.

Dua Skenario IHSG

IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Elliot Wave Expert dari B Trade Elliottician Wijen Pontus juga sepakat dengan Alfatih. Bahkan pihaknya perkirakan fase uptrend IHSG melalui dua skenario.

"IHSG untuk skenario pertama resistance 6.350 sepakat dengan Pak Alfatih bahkan bisa sampai 6380. Seharusnya kita masih uptrend sampai akhir tahun. Ini adalah the best scenario kita. Skenario terbaik untuk IHSG adalah seperti ini,” tutur dia.

Skenario kedua IHSG terkoreksi ke level 6.150-an tetapi masih dalam fase uptrend terus sampai akhir tahun. Dalam skenario tersebut, masih dengan catatan IHSG tidak turun ke level 6.086.

“Kalau tidak turun ke level itu kita akan masih melihat IHSG 6.350-6.380 untuk satu dua minggu ke depan,” tutur dia.

Wijen mengatakan, IHSG tak mustahil menembus level 6.480 -6.500 dalam satu bulan ke depan.

Sentimen yang Bayangi IHSG

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Wijen menuturkan, ada empat faktor utama yang mendorong IHSG untuk bullish pada akhir 2021. Pertama, sentimen terkait kasus pandemi Covid-19 yang terus melandai. Pemerintah diakui prestasinya oleh dunia internasional. Dampak besarnya adalah, denyut ekonomi sudah mulai kembali pulih.

"Melihat hal ini, harusnya kuartal empat 2021 ini pertumbuhan ekonomi kita juga akan membaik,” kata Wijen.

Kedua, harga komoditas yang naik akibat commodity supercycle dan krisis energi, baik di China maupun Eropa. Ini mendorong hal positif untuk ekspor Indonesia yang memang masih didominasi oleh komoditas. Ketiga, kebijakan tapering oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed.

Wijen menyebut dampaknya terhadap pergerakan IHSG akan cenderung negatif tetapi sifatnya jangka pendek. Sebabnya, indikator ekonomi Indonesia tahun ini masih cukup baik.

Sentimen lainnya yaitu aliran dana investor asing atau foreign flow terhadap saham di Indonesia yang menurut pantauan pihaknya sejak awal Juli hingga saat ini sudah melebihi Rp14 triliun di pasar reguler. “Ini indikasi bagus bahwa asing sudah comeback ke equity Indonesia,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya