Bukan GMV, Ini Alasan Bukalapak Pakai Matriks TPV

Direktur Utama PT Bukalapak.com, Rachmat Kaimuddin menjelaskan alasan Perseroan memilih TPV lantaran lebih sesuai dengan model bisnis.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Okt 2021, 11:20 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2021, 11:19 WIB
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatat total processing value (TPV) atau nilai pemprosesan total selama kuartal II 2021 tumbuh 56 persen menjadi Rp 29,4 triliun. Sementara itu, TPV tumbuh 54 persen menjadi Rp 56,7 triliun pada semester I 2021 dibandingkan periode sama tahun lalu.

Pertumbuhan TPV perseroan didukung oleh kenaikan jumlah transaksi sebesar 15 persen dan kenaikan sebesar 34 persen pada average transaction value (ATV) sepanjang semester I 2020-semester I 2021.

Umumnya, valuasi startup didasarkan pada perhitungan EV/GMV (enterprise value/gross merchandise value). Berbeda, Bukalapak menggunakan TVP sebagai acuan. Direktur Utama PT Bukalapak.com, Rachmat Kaimuddin menjelaskan alasan Perseroan memilih TPV lantaran lebih sesuai dengan model bisnis Perseroan.

“Jadi kita memutuskan menggunakan TPV karena kita yakini ini mungkin adalah matriks yang lebih tepat untuk gambarkan transaksi yang terjadi di Bukalapak,” kata Rachmat dalam paparan publik, Selasa (19/10/2021).

Sebagai perbandingan, Rachmat mengatakan, di Indonesia tidak semua GMV dapat terbayarkan. GMV (gross merchandise value) atau nilai barang dagangan kotor adalah merupakan volume rupiah dari pembelian yang difasilitasi oleh platform Bukalapak.

Perhitungan GMV ada kemungkinan memasukkan juga nilai transaksi yang dibatalkan dan tertunda. Sedangkan TVP (total processing value) atau nilai pemrosesan total, hanya memperhitungkan nilai transaksi yang diproses.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Alasan Pakai TPV

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Misalnya, lanjut Rachmat di beberapa negara maju pembelian bisa langsung terbayarkan karena terhubung dengan kartu kredit atau layanan semacamnya. Sedangkan di Indonesia, umumnya dibutuhkan satu tahap lagi. Misalnya seseorang harus pergi ke atm terlebih dahulu, kemudian baru melakukan pembayaran.

"Jadi ini ada hal yang harus terjadi dulu antara pembelian dan pembayaran,” imbuhnya.

Di sisi lain, Rachmat mengatakan, terdapat selisih 20-30 persen antara menggunakan matrik GMV dan TPV.

“Dari GMV ke TVP ada drop rate 20-30 persen. Artinya kalau dari sisi valuasi kalau kita gunakan matriks GMV, valuasi matriks dari BUKA 20-30 persen lebih murah dibandingkan kalau kita melihat rasio terhadap TPV,” ujar President Bukalapak, Teddy Oetomo, menjelaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya