Indika Energy Genjot Energi Terbarukan

Dirut Indika Enery M.Arsjad Rasjid mengatakan, Indika Energy sudah mulai berubah sejak 2021 menjadi perusahaan investasi dengan tetap berkaitan dengan energi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Okt 2021, 17:43 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2021, 17:43 WIB
Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasyid. (Bawono/Liputan6.com)
Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasyid. (Bawono/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) mengubah strategi bisnis dan strategi Perseroan sejak 2021. Hal itu salah satunya merujuk pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 dengan memperbesar porsi pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang diterbitkan Kementerian ESDM.

RUPTL PLN 2021-2030 disebut sebagai RUPTL lebih hijau karena porsi penambahan pembangkit EBT sebesar 51,6 persen, lebih besar dibandingkan penambahan pembangkit fosil sebesar 48,4 persen.

"Indika Energy sejak tahun ini sudah mulai berubah, bahkan strategi kami. Energy itu bukan energy lagi, tapi energising Indonesia. Kita beralih menjadi perusahaan investasi yang salah satu dari tema investasinya tetap energi," ujar Direktur Utama Indika Energy, M. Arsjad Rasjid dalam INDY Fest 2021, Selasa (19/10/2021).

Dalam hal ini, Arsjad mengatakan, Perseroan meluncurkan usaha patungan dengan Fourth Partner Energy (4PEL), yakni pengembang tenaga surya terkemuka di India.

Perusahaan patungan, PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS), akan menyediakan platform solusi energi terbarukan satu atap untuk sektor komersial dan industri di Indonesia.

Energi Mitra Keempat sebagian besar dimiliki oleh The Rise Fund, dana dampak sosial pasar swasta terbesar di dunia, dengan aset yang dikelola lebih dari USD 5 miliar atau sekitar Rp 70,39 triliun. Rise Fund berfokus pada investasi di perusahaan swasta yang memiliki dampak sosial dan lingkungan yang terukur, positif, dan menghasilkan keuntungan finansial yang kompetitif.

"Kita joint venture dengan Social Impact Fund dari Amerika, The Rise Fund  untuk bersama komitting USD 500 juta to start untuk mulai solar energy," kata Arsjad.

Ia menambahkan, pertama-tama Perseroan akan mengimplementasikan solar tersebut dalam lingkungan grup Perseroan. Selain itu, Indika juga masuk ke forest tree dalam rangka nature-based business.

"Kita masuk sekarang sudah mulai acquiring 130 ribu hektar hutan untuk bagaimana kita konservasi untuk bagaimana bisa kontribusi common trading ke depannya,” ujar dia.

Tak berhenti di stu, kini Perseroan bahkan juga merambah mobil listrik atau electric vehicle.

"Kami lagi 180 derajat berubah. Major shift. Tapi semua proses ini enggak bisa seketika. Pondasinya kita mulai, sambil ubah bisnisnya kita ubah mindset-nya dulu," pungkas dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham INDY

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan Selasa, 19 Oktober 201, saham INDY naik 0,88 persen ke posisi Rp 2.300 per saham. Saham INDY dibuka melemah 40 poin ke posisi Rp 2.240 per saham.

Saham INDY berada di level tertinggi Rp 2.320 dan terendah Rp 2.240 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 5.229 kali

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya