Buntut Stimulus, Investor Carl Icahn Sebut AS Hadapi Tantangan Inflasi

Investor Carl Icahn menyampaikan pandangannya mengenai inflasi ke depan seiring kebijakan mencetak uang yang dilakukan AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Okt 2021, 12:52 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2021, 12:52 WIB
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Liputan6.com, Jakarta - Investor Carl Icahn mengatakan, bursa Amerika Serikat (AS) atau wall street segera melihat tantangan besar jangka panjang berupa pasokan uang yang berlebihan dan meningkatnya inflasi.

"Dalam jangka panjang AS akan ‘menabrak tembok’. Saya berpikir akan ada krisis berkaitan dengan cara mencetak uang, terjun ke inflasi dan bagaimana cara dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Jika Anda melihat sekeliling Anda, Anda melihat inflasi di sekitar Anda dan saya tidak tahu bagaimana Anda menghadapinya dalam jangka panjang," ujar Carl Icahn dalam acara Fast Money Halftime Report, dikutip dari CNBC, Rabu (20/10/2021).

The Federal Reserve atau the Fed dan Kongres telah mengeluarkan triliunan dolar Amerika Serikat untuk menstimulus demi selamatkan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Otomatis membuat neraca bank sentral AS membengkak lebih dari USD 3 triliun atau Rp 42.228 triliun (estimasi kurs Rp 14.076 per dolar AS).

Kondisi ini terjadi di tengah program pelonggaran kuantitatif terbuka. Pembengkakan semakin diberatkan dengan alokasi lebih dari USD 5 triliun atau setara Rp 70.380 triliun untuk mendukung krisis kesehatan masyarakat Amerika Serikat. Icahn tetap bersikeras agar tidak lakukan market timing call (keputusan jual atau beli instrumen investasi).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indeks S&P 500 Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Dia yakin suatu hari dalam jangka panjang, pasar akan membayar harga atas kebijakan ini. Sebelum ada program stimulus ini, indeks S&P 500 bergerak cepat memangkas kerugian akibat pandemi.

Bahkan melompat ke level tertinggi. Indeks S&P 500 naik setidaknya 19 persen pada 2021. Pada awal September, sedikit tergelincir  1,4 persen di bawah tempat tertingginya.

Stimulus uang besar-besaran berkontribusi meningkatkan tekanan harga dalam perekonomian AS. Inflasi pun melonjak ke level tertinggi baru selama 30 tahun. Tepatnya pada Agustus, bersamaan gangguan pasokan dan permintaan yang luar biasa.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, tidak termasuk biaya makanan dan energi merupakan ukuran inflasi pilihan Fed. Nilainya meningkat 0,3 persen untuk bulan ini dan naik 3,6 persen dari tahun lalu. (Ayesha Puri)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya